Saya tidak menjustifikasi kalau pendapatku ini benar seratus persen.
Pendapatku semata-mata karena saya pernah bekerja bertahun-tahun di
sebuah perusahaan Garmen/Butiq yang dipimpin oleh seorang desainer
banci terkenal, dan baru sebulan yang lalu Bos Banci itu meninggal
dunia. Nama orangnya, tempat usahanya sengaja saya rahasiakan.
Bos itu kalau mencari karyawan (harian dan borongan) selalu ditambah
kriteria "tampan". Kalau nggak tampan yang penting mau bekerja. Bagi
karyawan harian yang kebetulan tampan akan selalu diajak untuk
menemani dia bekerja mendesain beberapa model baju. Tidak ada tugas
sama sekali, hanya menemani dia kerja dan ngobrol ngalor ngidul.
Kebetulan ada salah satu karyawan harian yang juga banci, karyawan
banci ini temasuk karyawan yang setia dan loyal pada sang majikan.
Namun ternyata antara karyawan banci dan majikan yang banci tidak ada
ketertarikan sama sekali. Bertahun-tahun saya mengamati fenomena yang
terjadi dalam perusahaan garmen ini, dan kebetulan sebagian besar
karyawan baik harian maupun borongan juga Bos banci ini tinggal di
dalam karena perusahaan itu menempati sebuah ruko pribadi empat lantai
yang sangat besar.
Kebetulan saya akrab dengan karyawan yang banci ini, maaf, akrab dalam
arti pergaulan muamalah, dan diapun juga akrab dengan hampir semua
karyawan, karena dialah sang juru masak bagi semua penghuni ruko.
Melalui dia saya sedikit banyak mengerti keluhan dia yang katanya
"perempuan terjebak dalam tubuh lelaki", tapi kebetulan dia mengerti
agama, dan menyadari kondisinya yang dianggap sebagai ujian, sama
seperti org lain ada yg diuji dengan penyakit lumpuh, buta ataupun
lainnya. Dan dengan susah payah dan usaha dia melawan perasaannya
akhirnya dia menikahi perempuan (semoga bahagia sampai sekarang) meski
tidak serta merta menghilangkan tingkah fisik dia yang
melambai-lambai.
Saya juga memperhatikan perilaku karyawan yang mau diajak ngobrol
dengan bos banci ini, (isunya ngobrol luar dalam sampai berhubungan
sex jeruk makan jeruk) banyak yang tiba-tiba memperlihatkan perubahan
tingkah laku, baik ucapannya yang serba "dweeh ih", "endaaang" dan
gaya lambaian tangan yang gimanaaa gitu. Daaan....suka colak colek
pantat, amit-amit na'udzubillah, lelaki kok jadi genit. Dan temenku
yang banci ini juga menceritakan bahwa memang kalau seseorang mau
melayani hasrat sex Bos Banci ini dia akan ketularan minimal perilaku
sex menyimpang yang menyukai sesama jenis, dan ini dibuktikan dengan
sering kejadian ketahuan kalau antar sesama karyawan yang pernah
melayani bos juga melakukan hubungan sex sesama jenis. Dan mereka
"rumpiin" pengalaman mereka meski sambil bisik-bisik dengan teman yang
lain.
Kamu tau nggak, saya kerja di situ itu sering sakit, saya berhati-hati
dan rajin berdoa agar terhindar dari perilaku mereka yang jahiliyah,
sakitnya saya mungkin karena disitu hawanya dingin, kan di pegunungan,
juga mungkin karena aura hitam yang dipancarkan oleh para pelaku
maksiat di tempat itu.
Oke, itu pengalamanku dulu sekitar tahun 2000-2005. Semoga kita,
anak-anak kita, saudara-saudara dan semua keluarga kita dijauhkan dari
golongan LGBT, Amin
(LGBT = Lelaki Gak Butuh Tempik / Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender)
Pendapatku semata-mata karena saya pernah bekerja bertahun-tahun di
sebuah perusahaan Garmen/Butiq yang dipimpin oleh seorang desainer
banci terkenal, dan baru sebulan yang lalu Bos Banci itu meninggal
dunia. Nama orangnya, tempat usahanya sengaja saya rahasiakan.
Bos itu kalau mencari karyawan (harian dan borongan) selalu ditambah
kriteria "tampan". Kalau nggak tampan yang penting mau bekerja. Bagi
karyawan harian yang kebetulan tampan akan selalu diajak untuk
menemani dia bekerja mendesain beberapa model baju. Tidak ada tugas
sama sekali, hanya menemani dia kerja dan ngobrol ngalor ngidul.
Kebetulan ada salah satu karyawan harian yang juga banci, karyawan
banci ini temasuk karyawan yang setia dan loyal pada sang majikan.
Namun ternyata antara karyawan banci dan majikan yang banci tidak ada
ketertarikan sama sekali. Bertahun-tahun saya mengamati fenomena yang
terjadi dalam perusahaan garmen ini, dan kebetulan sebagian besar
karyawan baik harian maupun borongan juga Bos banci ini tinggal di
dalam karena perusahaan itu menempati sebuah ruko pribadi empat lantai
yang sangat besar.
Kebetulan saya akrab dengan karyawan yang banci ini, maaf, akrab dalam
arti pergaulan muamalah, dan diapun juga akrab dengan hampir semua
karyawan, karena dialah sang juru masak bagi semua penghuni ruko.
Melalui dia saya sedikit banyak mengerti keluhan dia yang katanya
"perempuan terjebak dalam tubuh lelaki", tapi kebetulan dia mengerti
agama, dan menyadari kondisinya yang dianggap sebagai ujian, sama
seperti org lain ada yg diuji dengan penyakit lumpuh, buta ataupun
lainnya. Dan dengan susah payah dan usaha dia melawan perasaannya
akhirnya dia menikahi perempuan (semoga bahagia sampai sekarang) meski
tidak serta merta menghilangkan tingkah fisik dia yang
melambai-lambai.
Saya juga memperhatikan perilaku karyawan yang mau diajak ngobrol
dengan bos banci ini, (isunya ngobrol luar dalam sampai berhubungan
sex jeruk makan jeruk) banyak yang tiba-tiba memperlihatkan perubahan
tingkah laku, baik ucapannya yang serba "dweeh ih", "endaaang" dan
gaya lambaian tangan yang gimanaaa gitu. Daaan....suka colak colek
pantat, amit-amit na'udzubillah, lelaki kok jadi genit. Dan temenku
yang banci ini juga menceritakan bahwa memang kalau seseorang mau
melayani hasrat sex Bos Banci ini dia akan ketularan minimal perilaku
sex menyimpang yang menyukai sesama jenis, dan ini dibuktikan dengan
sering kejadian ketahuan kalau antar sesama karyawan yang pernah
melayani bos juga melakukan hubungan sex sesama jenis. Dan mereka
"rumpiin" pengalaman mereka meski sambil bisik-bisik dengan teman yang
lain.
Kamu tau nggak, saya kerja di situ itu sering sakit, saya berhati-hati
dan rajin berdoa agar terhindar dari perilaku mereka yang jahiliyah,
sakitnya saya mungkin karena disitu hawanya dingin, kan di pegunungan,
juga mungkin karena aura hitam yang dipancarkan oleh para pelaku
maksiat di tempat itu.
Oke, itu pengalamanku dulu sekitar tahun 2000-2005. Semoga kita,
anak-anak kita, saudara-saudara dan semua keluarga kita dijauhkan dari
golongan LGBT, Amin
(LGBT = Lelaki Gak Butuh Tempik / Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender)
Komentar