Aku telah memperjuangkannya,
memeras ke titik teratas kemampuan otak-ku.
Aku telah melakukannya,
sesuai tradisi dan aturan sakral yang suci,
sampai ke titik kelelahan dan kelemahanku.
Aku telah mendekatimu,
sesuai dengan irama nafas dan denyut urat nadiku.
Aku telah merasakannya,
tak peduli menang atau kalah,
hidup atau berkalang tanah.
Aku,
duduk di sini,
menemani sepi,
tapi kau tau aku tak merasa sendiri.
memeras ke titik teratas kemampuan otak-ku.
Aku telah melakukannya,
sesuai tradisi dan aturan sakral yang suci,
sampai ke titik kelelahan dan kelemahanku.
Aku telah mendekatimu,
sesuai dengan irama nafas dan denyut urat nadiku.
Aku telah merasakannya,
tak peduli menang atau kalah,
hidup atau berkalang tanah.
Aku,
duduk di sini,
menemani sepi,
tapi kau tau aku tak merasa sendiri.
Artikel Terkait
- Orang Tua
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Di Sini
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Dari Bilik Kalbu
- Small Note The Prisoners : Here
- You
- Whole
- Negeri Impian
- Di Manakah Keadilan?
- Cinta Dalam Perjalanan
- Puisi Patah Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Luruh
- Kenangan Di Pancawati - Karawang
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Rindu Nabi
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Selasar
- Sadar Tapi Tak Sadar
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Yang Celaka atau Kamu Yang Celaka
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Tahu Jiwamu Menangis
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kabut
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Binal
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Air Mata
Komentar