Langsung ke konten utama

Entri yang Diunggulkan

Keluarga Presiden

Kholifah Abu Bakar R.A

Hari Senin, ketika itu, dunia berguncang dahsyat. Seorang kekasih,
seorang Nabi dan seorang Rasul terakhir, kembali kepada PenciptaNya.
Sayyidina Muhammad Saw. wafat, setelah beberpa hari beliau sakit.
Seperti kelengangan yang mencekam, sekaligus bayang-bayang
keruntuhan, tetapi juga sebuah tonggak yang hendak ditegakkan. Tonggak
besar sepeninggal beliau. Duka dan harapan bercampur baur. Sebuah
sudut sejarah paling tajam, dalam sirkuit perjalanan perjuangan
membela agama Allah Swt dan RasulNya Sallallahu 'alaihi wasallam.
Saat itulah ummat Islam harus keluar dari kemelut yang begitu besar.
Sekaligus harus memenangkan perjuangan melawan diri sendiri, juga
memenangkan perjuangan melawan musuh-musuh Islam dari luar yang hendak
merampas kekuatan Islam.


Tampillah manusia besar, pahlawan yang tiada tara, mengurai benang
kusut dan membebaskan kemelut yang luar biasa. Abu Bakar ash-Shiddiq
ra, kekasih Rasulullah Saw., pembela dan pendamping selama hidupnya,
yang menenangkan gelombang dahsyat kala itu, hampir-hampir darah
bertumpah, dan api fitnah membubung ke angkasa.


Ia hadir antara duka nestapa dan harapan besar terhadap Rahmat Allah
Swt di masa depan. Ia tampil dengan fitrah dan cahaya. Ia muncul
membentengi bangunan kokoh yang hampir diruntuhkan oleh kekafiran,
kemurtadan dan kemunafikan. Keperkasaan kharisma yag melampaui
kegagahan para panglima perang, tetapi juga kelembutan, cinta dan
kasih saying yang mengungguli jiwa-jiwa kasih yang membumbung ke
angkasa.


Itulah Abu Bakar ash-Shiddiq yang tak pernah membuat kering para
penulis sejarah menggoreskan tinta emasnya. Begitu dekatnya, jiwa,
qalbunya, dan hartanya untuk Allah Swt dan RasulNya, di saat yang sama
begitu kuat dan besarnya tanggung jawab atas keselamatan ummat
sepeninggal Sang Nabi dan Sang Rasul Sallallahu 'alaihi wasallam dunia
akhiratnya, sampai selamat di hadapanNya kelak.


Ketegasan yang teguh dalam membela Sang Rasul Saw. yang tak
terbayangkan dengan kesalehan seorang Sufi yang terus mengalirkan
sungai-sungai air mata yang membelah celah-celah pipinya, membasahi
janggutya, dengan rintihan-rintihan kefanaan, munajat cinta, dan rasa
rindu yang dahsyat kepada Sang Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam. yang
telah mendahuluinya.


Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu'anhu, teladan yang tak pernah sunyi
dalam ruang kosong sejarah. Seorang panutan dalam religiusitas yang
menjulang ke langit, seorang yang terbuka (inklusif) dan sangat
demokratis, melebihi para raja dan penguasa dunia kala itu. Tokoh yang
sangat menghargai kearifan lokal, dengan pencahayaan Islam yang dalam.
Negarawan yang gagah nan saleh, tampil sebagai bapak pelindung ummat,
tak kenal kompromi bila harus menghadapi mereka yang hendak merobohkan
pilar-pilar agama yang dibangun oleh Sang Nabi Sallallahu 'alaihi
wasallam.


Namun ia merasakan kesunyian yang dahsyat ketika malam menyelimuti
kegelapan tiba, rindunya bergelora dalam lembah Cinta kepada Tuhan
RasulNya. Dialah Khalifatullah yang sesungguhnya, walau ia dengan
kerendahan hati dan rasa hina dinanya dihadapan Allah Swt, hanya
menyebut dirinya sebagai Khalifah Rasul.


Maka, tak mengherankan jika namanya selalu disebut dalam milyaran
bibir yang bergetar setelah nama Sang Nabi Saw. Semetara milyaran
jantung ummat berdetak, menggetarkan ArasyNya, ketika Hadharat
Al-Fatihah diucapkan setelah Sang Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam.
Berkah-berkah cahaya melimpah, hingga menyirnakan luka-luka sejarah di
masa lampau. Era yang paling sulit dilaluinya, seperti meniti jembatan
Shirathal Mustaqim, ketika di bawahnya berkobar api neraka dunia.
"Jalan Lurus" menuju Allah bersama ummat ketika itu.


Dipanggil Abu Bakar ash-Shiddiq ra, dialah Abdullah bin Abi Quhafah,
Utsman bin Amir bin Amr bin Ka'b bin Taym bin Murrah bin Ka'b Lu'ay
bin Ghalib al-Qurasy at-Taymi. Nasabnya bertemu dengan Nabi Saw. pada
Murrah bin Ka'b. Bertemu nasabnya dengan Nabi Sallallahu 'alaihi
wasallam pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Luai.


Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad Saw. Nama yang
sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian
diubah oleh Muhammad Saw. menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah').
Muhammad Saw. memberinya gelar Ash-Shiddiq (artinya 'yang berkata
benar') setelah Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra Mi'raj yang
diceritakan oleh Muhammad Saw. kepada para pengikutnya, sehingga ia
lebih dikenal dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq".


Abu Bakar ash-Shiddiq, lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil
Akhir 13 H. Lelaki pertama yang beriman kepada Allah dan Rasulullah
Saw. Setelah Nabi Muhammad Saw. wafat, Abu Bakar menjadi khalifah
Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 M.

Artikel Terkait

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencintai, Berawal Dari Keyakinan

2004, Siang itu istriku duduk melamun di beranda, aku dekati dia dan bertanya mengapa ? Dia hanya menggelengkan kepala tanpa mengeluarkan sepatah kata. Tapi aku mengenal lahir batin istriku, aku tahu keresahannya, tahu gejolak keinginannya. Anak-anak sudah semakin besar, kebutuhan ekonomi harian kian bertambah, dan dulu sebelum krisis moneter aku adalah seorang buruh pabrik dengan gaji pas-pasan namun masih cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Namun semenjak krisis moneter, pabrik tempatku bekerja bangkrut total, dan seluruh karyawan terkena PHK. Istriku yang dulu satu pabrik dengan saya juga ikut terkena imbasnya, sama-sama menjadi pengangguran. Istriku memilih tinggal di kampung untuk membesarkan anak-anak bersama Bapak mertuaku yang saat itu sudah amat tua. Sesungguhnya hidup di kampung itu lebih tentram dan nikmat kalau kita tidak punya pikiran dan keinginan yang neko-nekn, karena kebetulan istriku mempunyai sepetak sawah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup selama mus...

TUHANKU

Hidupku adalah perjalanan laksana menuju sebuah cakrawala mestinya jiwaku melangkah hingga jauh menembus langiu dan warna hatiku adalah sebuah kerinduan yang dalam dan mestinya aku bertekad hati selain Engkau adalah cintaku tak mungkin. Dengarkanlah kerinduan-kerinduan ini yang menjadi desah kecewa dan tangis setiap hari hati ini adalah bunga-bunga cinta ada getarnya ada geloranya mestinya bukan suara lagu tapi tasbih yang mengalun abadi yang menelusuri darah, daging, dan relung sukma alunnya biar abadi tak lekang karena suka dan duka. Aku berjalan mencapaiMU inilah baktiku tiada rasa jemu inilah cintaku sekedar yang aku tanam dan aku sirami tiada mengelu keluh inilah pujanku sebatas kefasihan lisanku tiada aku kelu Tuhanku.... Jakarta 30 April 1992

Sisa

Puingku adalah sisa sisa kehancuran kegagalan yang tampak makin membawa kegundahan hati tak bernilai segenap bakti tak berguna segala daya hanya kehancuran tampak di mata pedih menjadi kenangan kehancuran itu tak terlupakan. Wahai mendung yang kelabu mengapa tak juga mencurahkan air hujan kau buat hati ini sendu atau puingku itu biarlah menjemput mautku agar sesal itu terasa berlalu tapi kematian dalam puing itu tak mungkin bukan? Tak mungkin juga aku harus menangis meratap biar cinta itu menjadi berhamburan Sisaku biarlah daya yang masih tersisa. Oh segenap cintaku ku nyalakan lilin di malam gelap ku hadirkan untukmu seberkas cahaya terbitlah warna kesucianmu lihatlah kedua tanganku menengadah apa yang selama ini aku dambakan tak lain hanya kedamaian Hanyalah kedamaian itu saja. Pemalang 17 Desember 1990

Surat Al-Hijr (Daerah Pegunungan) Dan Terjemahan

بسم الله الرحمن الرحيم Alif, laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Al-Kitab (yang sempurna), yaitu (ayat-ayat) Al Quran yang memberi penjelasan. Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan. Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan(nya). Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al Quran kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila. Mengapa kamu tidak mendatangkan malaikat kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar?" Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk membawa azab) dan tia...

Rebutan Warisan Dan Tanda Tanda Datangnya Hari Kiamat

Rerebutan Warisan dalam Keluarga dan Tanda-tanda Kiamat Perebutan Warisan dalam Keluarga dan Tanda-tanda Kiamat Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani (qs) Hari Jum'at, 5 September 2008 Fenton, Michigan-Amerika Serikat Para ayah dan ibu bertengkar … Untuk apa mereka bertengkar? Memperebutkan harta warisan. Harta warisan menjadi masalah. Awliyaullah, apakah yang mereka lakukan? Para orang tua memberikan harta waris sebelum wafat agar anak-anak mereka tidak bertengkar. Atau para orang tua membagikan harta warisan tapi bukan kepada anak-anak mereka. Mereka memberikannya kepada orang lain. Jadi, untuk apa mereka bertengkar? Untuk memperebutkan harta warisan. Meskipun berasal dari ayah dan ibu yang sama, anak-anak itu pun mulai bertengkar. Jadi, uang kalian menjadi musuh kalian. Harta yang kalian tinggalkan menjadi kutukan (fitnah) atas kalian di dalam kubur. Karena, kalau anak-anak menerima harta waris dan menggunakannya untuk kepentingan yang jahat atau untuk narkoba atau hasrat-hasrat buruk l...

Mengapa Jendral Nasution Tidak Menjadi Presiden?

Tatkala Indonesia berhasil mengatasi peristiwa G-30-S/PKI, di bawah Komando Panglima KOSTRAD, Mayor Jenderal Soeharto, menurut penuturan Sujarwo, selanjutnya Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) Jenderal Abdul Harris Nasution, bertindak cepat. Jenderal berbintang empat inipun merespons tuntutan mahasiswa dan rakyat, agar segera dilakukan pergantian Pimpinan Nasional. Setelah melalui proses tarik-ulur di dalam tubuh MPRS dan DPR-GR, Jenderal Nasution berhasil membawa Soeharto menempati posisi Pejabat Sementara Presiden (1967). Selaku Ketua MPRS, Jenderal A.H. Nasution menyampaikan penunjukkan Ketua Presidium Kabinet Ampera, Letnan Jenderal Soeharto itu kepada Presiden Soekarno. Dalam percakapan antara Presiden Soekarno dengan Jenderal Nasution tersebut, sempat ditanyakan alasan Ketua MPRS memilih Soeharto. Dengan tegas Nasution menyampaikan bahwa selama ini Soeharto memiliki reputasi militer yang sangat baik. Selain itu telah berhasil mengatasi kemelut yan...

Bukti Keberadaan Tuhan

Beriman bahwa Tuhan itu ada adalah iman yang paling utama. Jika seseorang sudah tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, maka sesungguhnya orang itu dalam kesesatan yang nyata. Benarkah Tuhan itu ada? Kita tidak pernah melihat Tuhan. Kita juga tidak pernah bercakap-cakap dengan Tuhan. Karena itu, tidak heran jika orang-orang atheist menganggap Tuhan itu tidak ada. Cuma khayalan orang belaka. a. Kisah Ulama dan Atheist Ada kisah zaman dulu tentang orang atheist yang tidak percaya dengan Tuhan. Dia mengajak berdebat seorang alim mengenai ada atau tidak adanya Tuhan. Di antara pertanyaannya adalah: "Benarkah Tuhan itu ada" dan "Jika ada, di manakah Tuhan itu?" Ketika orang atheist itu menunggu bersama para penduduk di kampung tersebut, orang alim itu belum juga datang. Ketika orang atheist dan para penduduk berpikir bahwa orang alim itu tidak akan datang, barulah muncul orang alim tersebut. "Maaf jika kalian menunggu lama. Karena hujan turun deras,...

Iman, Sabar Dan Syukur

Iman, Sabar dan Syukur Iman terbagi dua, separo dalam sabar dan separo dalam syukur. (HR. Al-Baihaqi) Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada. (HR. Ath Thobari) Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan "Laailaaha illallah" karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud) Tiada lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya. (HR. Ahmad) ===