Langsung ke konten utama

Entri yang Diunggulkan

Keluarga Presiden

Ibarat Bulu di Jari Kelingking

Syekh Abu Nashr As-Sarraj
Syekh Abu Nashr as-Sarraj rahimahullah berkata: Dikisahkan dari
asy-Syibli, bahwa suatu ketika ia pernah berkata kepada
sahabat-sahabatnya, "Wahai kaum, aku lewat sesuatu yang tidak memiliki
arah belakang, maka aku tak melihat kecuali
belakang. Aku berjalan ke kanan dan ke kiri ke arah yang tak memiliki
arah belakang, maka aku tak melihat kecuali belakang. Kemudian aku
kembali dan aku melihat semua ini dalam bulu yang ada di jari
kelingkingku."

Isyarat yang ia katakan ini menjadi suatu kemusykilan bagi sahabat-sahabatnya.
Syekh Abu Nashr as-Sarraj rahimahullah berkata: Apa yang ia katakan
ini memberi isyarat kepada alam dan hanya Allah Yang Mahat Tahu.
Sebab Kursi dan 'Arasy adalah makhluk yang juga barang baru. Dan di
belakang dunia ini tak ada lagi belakang. Di bawahnya juga tak ada
lagi bawah yang tak terbatas. Tak seorang makhluk pun yang mampu
memberikan batas dan menjelaskan sifatnya kecuali dengan apa yang
telah diterangkan oleh Allah.
Ilmu makhluk pun tidak akan mampu menggapainya. Dan hanya Sang
Penciptanya sendiri Yang tahu dan mengerti akan hal itu.

Kemudian asy-Syibli berkata, "Kemudian aku kembali dan aku melihat
semua ini dalam bulu yang ada di jari kelingkingku." Maksudnya, bahwa
kekuasaan Sang Maha Kuasa dalam menciptakan seluruh jagat raya ini
dan menciptakan seutas bulu yang ada di jari kelingking adalah sama
dan tak ada bedanya.

Bisa juga dimungkinkan bahwa ucapan tersebut memberi isyarat, bahwa
seluruh jagat raya dan semua yang diciptakan Allah meskipun jaraknya
sangat jauh dan ukurannya sangat besar, namun bila dibanding dengan
Kebesaran Sang Pencipta adalah sangat kecil, dan hanya seperti seutas
bulu yang ada dijari kelingking bahkan lebih kecil dari itu.

Juga dikisahkan, bahwa Asy-Syibli pernah berkata: "Jika aku berkata
demikian, maka itu adalah Allah, jika aku berkata demikian maka itu
adalah Allah. Dan aku hanya berharap dari-Nya sebesar atom." Ungkapan
ini tampaknya memberi isyarat pada firman Allah Swt.:
"... dan tidak pula lebih dari itu, kecuali Dia akan bersama mereka di
manapun mereka berada." (Q.s. al-Mujadalah: 7).

Sesungguhnya Dia selalu hadir dan tidak pernah absen (tidak hadir),
Dia berada di segala tempat, tapi tidak ada ruang dan tempat yang
cukup untuk-Nya dan tak ada tempat yang kosong dari Nya.

Sedangkan ucapannya, "Dan aku hanya berharap dari-Nya sebesar atom."
Itu berarti bahwa makhluk terhalang dari-Nya dengan Sifat-sifat dan
Nama-nama-Nya. Sedangkan apa yang Dia berikan bukanlah Nama dan
Sebutan-Nya, sebab mereka tak akan sanggup melakukan lebih dari itu.

Dalam hal ini asy-Syibli mengatakan dalam sebuah syair:
Aku katakan:
tidakkah mereka telah kosongkan kitabku
Ia menjawab, "ya". kukatakan maka cukuplah itu
la juga mengatakan:
Tidakkah sebuah kebahagiaan
jika kau berada kau berada di dalam negerimu sendiri.

la juga melantunkan syair yang lain:
Suatu hari Kau naungi kami dengan mendung
kilatnya bersinar dan penangkalnya lambat
Awan tak tersingkap hingga tak putus asa orang yang mengharap
Tidak juga airnya turun hingga bisa menyegarkan orang yang haus.

Asy-Syibli rahimahullah berkata: Aku menulis Hadis dan Fiqih selama
tiga puluh tahun hingga menyingsing waktu Shubuh. Lalu aku datang pada
orang-orang yang aku mengambil referensi darinya dan aku katakan, "Aku
ingin fiqih Allah Swt." Namun tak seorang pun yang menjawabku.
Makna ucapan asy-Syibli, "... hingga menyingsing waktu Shubuh." Yakni
cahaya-cahaya hakikat dan pendakian ruhani yang diharapkan dan hakikat
fiqih, ilmu dan ma'rifat itu bisa tampak jelas.

Sedangkan makna ucapannya: "Berikan padaku fiqih tentang Allah."
adalah memahami dan mendalami ilmu kondisi spiritual yang terjadi
antara hamba dengan Allah dalam setiap saat dan hembusan nafas.

Syekh Abu Nashr as-Sarraj berkata: Asy-Syibli bertanya kepada
al-Junaid. "Wàhai Abu al-Qasim. Bagaimana pendapat Anda tentang orang
yang menjadikan Allah cukup sebagai pelindungnya baik secara ucapan
maupun hakikat?"

Al-Junaid menjawab, "Wahai Abu Bakar. antara Anda dengan tokoh-tokoh
umat dalam pertanyaan Anda ini ada sepuluh ribu maqam (kedudukan
spiritual). Sementara yang paling awal adalah menghapus apa yang
dengannya Anda memulai."

Makna apa yang diucapkan asy-Syibli adalah bahwa al-Junaid mengawasi
kondsi spiritual asy-Syibli berkat ilmu dan kemapanannya. Maka
asy-Syibli menutupi apa yang dikhawatirkan bahwa apa yang dikatakan
itu hanya sekadar mengaku. Sebab orang yang menjadikan Allah cukup
untuk segala-galanya maka ia tidak perlu bertanya. Maka pertanyaan
asy-Syibli di sini menggambarkan kedekatannya dengan apa yang ada
sana.

Demikian pula aku pernah mendengar Ibnu 'Ulwan berkata:
"Al-Junaid pernah berkata: Asy-Syibli telah berhenti di tempatnya dan
ia tidak melanjutkan perjalanan ruhaninya lagi. Andaikata ia terus
mendaki maka akan ada Imam dari dirinya."

Abu Amr berkata: “Mungkin saja asy-Syibli pernah datang pada al-Junaid, kemudian bertanya tentang suatu masalah, tapi al-Junaid tidak menjawabnya dan malah berkata, “Wahai Abu Bakar, ini karena kasihan terhadap diri Anda dan kekokohan jiwa Anda. Sebab gemetar, gelisah, rasa jengkel, pendek akal dan ucapan yang di luar kontrol bukanlah termasuk kondisi spiritual orang-orang yang mapan dan kokoh. Ini hanya pantas untuk para pemula dan mereka yang masih memiliki keinginan (iradah).”
Juga dikisahkan dari asy-Syibli, bahwa al-Junaid pernah berkata. “Wahai Abu Bakar, apa yang kau katakan itu?”
Aku menjawab, ‘Aku mengatakan, Allah’.”
Kemudian berkata, “Berlalulah. Semoga Allah memberimu keselamatan.”
Al-Junaid bermaksud. bahwa Anda (asy-Syibli) berada dalam posisi yang sangat berbahaya. Jika Allah tidak menyelamatkan Anda dalam ucapan Anda, ‘Allah’. kemudian Anda masih memperhatikan apa yang selain Allah. maka betapa jeleknya kondisi spiritual Anda saat itu.

Asy-Syibli berkata, “Seribu tahun yang telah silam berada dalam seribu tahun yang akan datang. Itulah waktu, makajangan sekali-kali Anda tertipu oleh bayang-bayang.”
la juga berkata, “Waktu kalian itu terputus. Sedangkan waktuku tak memiliki dua sisi.”
Mungkin ia sedang syathah dan kemudian berkata: “Aku adalah waktu, waktuku sangat agung. Dan tak ada dalam waktu itu selain aku. Dan aku benar.”
Ia melantunkan dua bait syair berikut:
Kokoh dalam muamalahnya
kokoh lagi terjaga kebenaran, dijaga yang menentramkan
Melambunglah keagungan, maka menjadi agung
lenyap sudah keyakinan dalam arus keyakinan
Mungkin ia ingin mengatakan, “Aku melihat dalam setiap kemuliaan, ternyata kemuliaanku semakin bertambah mengalahkan mereka. Aku melihat kemuliaan mereka dalam kemuliaanku.” Kemudian ia membaca:
“Barangsiapa menghendaki kemuliaan, maka bagiAllahlah kemuliaan itu semuanya.” (Q.s. Fathir: 10).

Kemudian ia mengatakan: “Barangsiapa merasa mulia dengan Pemilik kemuliaan, maka Pemilik kemuliaan berhak untuknya.”
Syekh Abu Nashr as-Sarraj berkata: “Adapun ucapannya, tentang waktu, itu mengisyaratkan pada nafas yang terjadi di antara dua nafas, bersitan hati yang terjadi di antara dua kali bersitan. Sebab itu terjadi dengan Allah dan untuk Allah. Inilah sebenarnya waktu itu. Jika sekali hembusan nafas berlalu begitu saja, meski dalam seribu tahun maka ia telah kehilangan satu kali nafas dan tak akan bisa didapatkan kembali lagi meski menyesal berkali-kali.”
Yakni, seribu tahun yang telah berlalu dengan seribu tahun yang akan datang, Anda selalu berada di antara dua kali hembusan nafas, dan itu seharusnya jangan sampai hilang sia-sia.

Orang yang mulia adalah orang yang dimuliakan Allah, sehingga tidak ada orang lain yang sanggup menyusul kemuliaan yang diberikan-Nya. Sebaliknya, orang yang hina adalah orang yang dijadikan sibuk oleh Allah untuk mengurusi selain Allah, sehingga melupakan-Nya, dan tak seorang pun yang akan bisa sama dengan tingkat kehinaannya.

Adapun makna ucapan asy-Syibli, “Jangan sekali-kali Anda tertipu oleh bayang-bayang.” Maksudnya bahwa segala sesuatu selain Allah adalah bayang-bayang semu. Jika Anda cenderung kepadanya maka ia benar-benar telah menipu Anda.
Sedangkan ucapannya “Aku benar.” yaitu dalam ucapannya “Aku adalah waktu, aku adalah benar.” Sebab ucapannya, “Dengan hal itu aku tidak mengisyaratkan kepada-Nya.”
Ucapannya, “Waktuku tidak memiliki dua sisi.” maksudnya, bahwa pada segala sesuatu itu bisa ditoleransi kecuali pada waktu. Sebab jika seseorang menyibukkan diri dengan selain Allah dan cenderung kepada segala apa yang diciptakan Allah, diukur dalam waktu maka hal itu tidak bisa ditolerir sekalipun hanya satu hembusan nafas dalam seribu tahun.

Dikisahkan dari asy-Syibli —rahimahullah— yang pernah berkata, “Allah, jika Engkau tahu bahwa dalam diriku masih tersisa sesuatu selain Engkau maka bakarlah aku dengan api-Mu. Tak ada Tuhan selain Engkau.”

Kejadian-kejadian seperti ini merupakan kondisi spiritual yang telah terkuasai oleh wajd, dimana ia berusaha mengungkapkannya sesuai dengan apa yang didapatkan pada waktu ia sedang wajd. Dan ini tidak terjadi terus-menerus, karena hal itu merupakan kondisi spiritual. Sementara kondisi spiritual adalah kejadian spontanitas yang terjadi pada seorang hamba sewaktu-waktu dan tidak terus-menerus. Ini merupakan belas kasih Allah yang diberikan kepada para wali-Nya dan orang-orang pilihan-Nya. Sebab jika hal ini terjadi terus-menerus maka aturan hukum dan batas-batas ketentuan Allah tidak dapat mereka lakukan, sehingga mereka tidak bisa berperilaku dengan adab kesopanan, akhlak dan tidak akan sanggup bermuamalah dengan sesama makhluk.

Tidakkah Anda perhatikan, bagaimana sahabat-shabat Nabi bertanya tentang hal itu kepada beliau, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ketika kami berada di hadapanmu dan mendengar apa yang engkau ucapkan, hati kami menjadi lembut dan sensitif. Namun saat keluar dari sisimu kami kembali disibukkan dengan urusan keluarga dan anak-anak.” Maka Rasulullah saw. bersabda, “Andaikan kalian tetap seperti kondisi saat bersamaku niscaya para malaikat akan berjabatan tangan dengan kalian.”
Disebutkan dan asy-Syibli —rahimahullah— yang pernah berkata, “Andaikata dalam benakku pernah terlintas bahwa Neraka Jahim dengan nyala apinya bisa membakar seutas rambutku maka aku benar-benar syirik.”

Maka demikianlah pendapat kami, bahwa Jahannam tidak punya kemampuan untuk membakar, karena ia hanyalah menjalankan perintah. Panas yang bisa dirasakan oleh penghuni neraka adalah sesuai dengan apa yang Allah bagikan pada mereka.
Juga dikisahkan, bahwa ia pernah berkata, “Apa yang bisa aku lakukan dengan Neraka Lazha dan Saqar?” Menurut pendapatku, bahwa Lazha dan Saqar, Anda bisa tinggal di dalamnya, yakni dalam terputus dengan Allah dan berpaling dari-Nya. Sebab orang yang ma’rifat dengan-Nya akan lebih tersiksa bila ia terputus dengan-Nya daripada disiksa dengan Lazha dan Saqar.

Disebutkan bahwa ia pernah mendengar seorang membaca ayat al-Qur’an berikut:
“Tinggallah dengan hina di dalamnya dan janganlah kamu berbicara denganku.” (Q.s. al-Mu’minun: 108).
Maka asy-Syibli berkata, “Andaikan aku adalah salah seorang dari mereka.” Sepertinya ia memberi isyarat akan jawaban Allah pada mereka. Makanya ia mengatakan andaikan aku termasuk orang yang mendapat jawaban, meskipun aku di dalam neraka. Ini semata karena rasa takutnya. Sebab ia tak tahu apa yang telah ditetapkan sebelumnya, apakah ia termasuk orang yang bahagia atau celaka, atau termasuk orang yang Allah berpaling darinya atau termasuk orang yang disambut oleh Allah.

Disebutkan juga bahwa di majelisnya ia pernah berkata, “Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang andaikata mereka berludah di Jahannam maka akan memadamkan apinya.” Ungkapan ini sangat sulit ditangkap oleh orang-orang yang mendengarnya.
Diriwayatkan dari Rasulullah yang pernah bersabda, “Di hari Kiamat nanti, Neraka Jahannam akan berkata kepada orang mukmin, ‘Menyeberanglah engkau. Sesungguhnya sinarmu telah memadamkan baraku’.” (H.r. ath-Thabrani dan Abu Nu’aim dari Ya’la bin Munabbah dan dari Jabir bin Abdullah).
Dan masih banyak hal yang diceritakan dari asy-Syibli yang serupa dengan kisah-kisah di atas, yang tidak perlu disebutkan semua, untuk menghindari berlarut-larut dan semakin banyak. Sehingga orang yang berakal cukup dengan yang sedikit ini bisa dijadikan petunjuk pada yang masih tersisa banyak. Semoga Allah memberi taufik kepada kita.

sumber : sufinews.com

Artikel Terkait

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Soekarno Buat Haryati

Yatie adikku wong ayu, Iki lho arloji sing berkarat kae. Kulinakna nganggo, mengko sawise sesasi rak weruh endi sing kok pilih: sing ireng, apa sing dek mau kae, apa karo-karone? Dus: mengko sesasi engkas matura aku (Dadi: senajan karo-karone kok senengi, aku ya seneng wae). Masa ora aku seneng! Lha wong sing mundut wanodya pelenging atiku kok! Aja maneh sekadar arloji, lha mbok apa-apa wae ya bakal tak wenehke. Tie, layang-layangku ki simpenen ya! Karben dadi gambaran cintaku marang kowe kang bisa diwaca-waca maneh (kita baca bersama-sama) ing tembe jen aku wus arep pindah-omah sacedake telaga biru sing tak ceritake dek anu kae. Kae lho, telaga biru ing nduwur, sak nduwure angkasa. Coba tutupen mripatmu saiki, telaga kuwi rak katon ing tjipta! Yen ing pinggir telaga mau katon ana wong lanang ngagem jubah putih (dudu mori lho, nanging kain kang sinulam soroting surya), ya kuwi aku, — aku, ngenteni kowe. Sebab saka pangiraku, aku sing bakal ndisiki tindak menyang kono, — aku, ndisiki ko...

Ketika Jakarta Digoncang Bom

Ketika kemarin jakarta digoncang bom thamrin, saya sama sekali tidak berminat untuk memposting berita-berita aktual seputar kejadian tersebut. Entah mengapa fellingku mengatakan "percuma", itu tak lebih dari konspirasi politik untuk pengalihan isu-isu di pemerintahan.

Bukti kebenaran Allah

Bukti Tuhan itu Ada Assalamu'alaikum wr wb, Dari eBook "Iman, Islam, dan Ihsan" http://syiarislam.wordpress.com Beriman bahwa Tuhan itu ada adalah iman yang paling utama. Jika seseorang sudah tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, maka sesungguhnya orang itu dalam kesesatan yang nyata. Benarkah Tuhan itu ada? Kita tidak pernah melihat Tuhan. Kita juga tidak pernah bercakap-cakap dengan Tuhan. Karena itu, tidak heran jika orang-orang atheist menganggap Tuhan itu tidak ada. Cuma khayalan orang belaka. a. Kisah Ulama dan Atheist Ada kisah zaman dulu tentang orang atheist yang tidak percaya dengan Tuhan. Dia mengajak berdebat seorang alim mengenai ada atau tidak adanya Tuhan. Di antara pertanyaannya adalah: "Benarkah Tuhan itu ada" dan "Jika ada, di manakah Tuhan itu?" Ketika orang atheist itu menunggu bersama para penduduk di kampung tersebut, orang alim itu belum juga datang. Ketika orang atheist dan para penduduk berpikir bahwa orang alim itu tidak akan dat...

Bunga Dahlia

Ini adalah Galeri Bunga Dahlia. Bunga dahlia banyak tumbuh di indonesia. Meski bunganya tidak begitu harum, namun keindahan warnanya sangat mempesona, sejuk dipandang mata.

ANGIN TANPA SUARA

Embun dingin pada rumput di kotamu menyentuh pada dinding kalbuku seakan dia menyapa ...di mana kebebasan di mana kemerdekaan ! ! Tak ku tahu dimanakah ujung sebuah perdamaian dimana seorang ibu membagi kasih sayang pada anaknya selama ini aku terjajah di tempat dimana aku dilahirkan dan tak dapat ku jawab dimana ada kemerdekaan karena ia telah lama dijarah orang bumiku menangis hatiku merintih air lama tak mengalir pada bengawan yang kering kini. Di kotamu ini angin berdesah tanpa suara tapi debu-debu perih menghempas menerjang embun tak lagi berguguran di pangkuan bumi meninggalkan daun-daun makin kering, pucat pasi tak jua ku temukan kemerdekaan di sini karena di sini yang ada hanya kebebasan tanpa makna kebebasan tanpa suara tanpa kata-kata di sini orang-orang berperang di sana orang-orang saling tikam menorehkan luka yang dalam dendam dan kebencian tak seperti ibundaku dulu yang melahirkan dan membesarkan dengan taruhan nyawa satu-satunya tanpa kesedihan tanpa keluh kesah. Embun...

MERENGKUH GUNUNG

Betapa besar cita-cita manusia, sebesar gunung yang tinggi menjulang. Bila diri ini mampu tentu akan digenggam tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit, hayalannya luas membentang menembus cakrawala, melintasi galaksi maha perkasa, menembus langit gaib, misteri dan maha gaib. Itulah manusia, tidak lebih kecil dari orang hutan dan tidak lebih besar dari kerbau yang dungu, tapi dengan otaknya mampu terbang meninggalkan burung-burung, dan menyelami dasar samudra yang tidak pernah dijamah oleh ikan paus sekalipun. Tapi kesombongannya mampu meruntuhkan gunung tembaga pura dan memuntahkam lumpur panas dari dasar perut bumi. Dengan sekali klik, kota New York pun dapat diluluhkan menjadi bubur api dengan sebutir biji nuklir, dan dengan sekali klik, fitnah dan virus kehidupan tersebar bagai air bah di dunia maya, menyerang jantung kehidupan, membunuh hati nurani. Inilah kehidupan, manusia dengan segala kemampuannya boleh berbuat dan menjadi apa saja, menjadi baik atau buruk, beradab atau jahilia...

IMAN MEMBAWA KEBAHAGIAAN

Apa sebab dikatakan bahwa iman itu mendorong manusia menjadi baik ? Sebab kebaikan menurut orang yang beriman adalah lain dengan kebaikan menurut orang yang tak beriman. Menurut orang yang tak beriman,Kebaikan itu hanya sekedar kebaikan, berbuat baik kepada sesama. Sedangkan menurut orang yang beriman, kebaikan itu bukan banya sekedar kebaikan kepada sesama, tetapi kebaikan yang dia perbuat, dimanapun dan kapan saja dan kepada siapa saja, akan selalu di lihat, didengar dan diketahui oleh Allah SWT . Allah senang akan kebaikan itu dan juga senang terhadap orang yang berbuat kebaikan. Kesenangan Allah akan menyebabkan turunnya rahmat Allah yang lebih besar dari kebaikan yang dilakukan manusia, rahmat yang tidak puts- putus, baik di saat masih hidup maupun sesudah mati, dan di akhirat nanti akan dimasukkan ke dalam surganya Allah SWT. -- CREATED BY : MUHAMMAD SAROJI

Ketika Engkau Ku Jelang

Aku lihat di pelupuk matamu ada setitik harapan titik yang bening menoreh di pipi menyentuh di hati. Di sini sekarang engkau tiba di berandaku ini tempat aku mengenal warna warna cerah dan di tepi hari ini aku akan cerita tentang hijau yang mengembang dan putih yang ranau terapung di antara kabut tipis dan sinar senja. Aku lihat di kedua bibirmu tak ada kata yang terucap tapi menyimpan seribu kalimat dengan apa hendak engkau sampaikan rasa hatimu yang bergejolak... Dan kau lihat di rusukku kering tak bertenaga tidakkah ini suatu gambaran bahwa aku ini tak berdaya? Pemalang 5 nov 1988 dari album BUNGA SEROJA :@

MASIH BER-FACEBOOK-RIA ?

Ada pertanyaan unik waktu kita membuka facebook kita : apa yang sedang anda fikirkan ? Dan kita menjawab dengan beragam komentar, keluhan, cerita suka cita, sampai makian pada cuaca gerah di saat bekerja. Sebegitunya kehebatan facebook membius para penggunanya sehingga semakin banyak teman, semakin banyak colekan, semakin banyak komentar , semakin memaksa kita untuk "ON LINE GITU LOH..." di sela-sela waktu belajar atau bekerja kita, dan kita tidak menyadari ada sesuatu yang mengawasi kita seperti bos kita, guru kita, anak istri kita, bahkan Tuhan kita. Bahkan ada anggapan kalau on line di jalur facebook lebih keren dan mentereng daripada lewat sms atau telephon, begitu....? Semua terserah Anda, karena baik buruknya di tangan Anda ( Tapi MUI memfatwakan haram terhadap facebook ) -- Created By MUHAMMAD SAROJI

JABATAN ADALAH AMANAH

JABATAN ADALAH AMANAT. Jabatan adalah amanat yang harus dijalankan dengan sebenar benarnya. Menyia nyiakan amanat jabatan adalah sebuah pengkhianatan kepada negara,pribadi dan Tuhan. Sesungguhnya jabatan bagi manusia sangat menggiurkan karena di dalamnya ada kekuasaan dan kemuliaan,akan tetapi bila jabatan dikhianati maka balasannya adalah kehinaan dan kehancuran. Banyak para pejabat melakukan korupsi demi kekayaan dan kemuliaan sesaat tanpa memikirkan akibatnya di akhirat mendapat siksa api neraka. Nabi bersabda bahwa jabatan kelak akan menjadi sumber penyesalan bagi pemegangnya karena mereka mengkhianatinya. Sehingga pada zaman Nabi dahulu jabatan hanya diberikan kepada orang orang yang benar benar teguh keimanannya dan memiliki kemampuan sesuai bidangnya. Nabi juga melarang memberi jabatan kepada orang yang meminta jabatan sebab biasanya orang yang meminta jabatan ada indikasi melakukan kecurangan Dalam tugasnya. Pada zaman sekarang banyak orang yang memburu jabatan walaupun dengan ...