Untukmu aku hidup,
sepanjang hari dengan bibir dan hati terkunci.
Untukmu aku berdiri, sepanjang hari dengan air mata yang tertahan,
Tapi dalam hatiku,
api cinta selalu membakar untukmu.
Kehidupan telah membawaku ke dalam masa lalu,
dikelilingi oleh kenangan yang tak berujung.
Aku mencari sebuah jawaban,
aku tak pantas untukmu.
Atau memang kau tak pantas untukku.
Begitu banyak cobaan yang menumpuk,
kedamaian yang kurindukan,
cinta dan kasih sayang yang ku dambakan.
Bagaimana dapat ku gambarkan kekejaman dunia ini,
Aku diperintahkan bahwa aku harus hidup,
tapi tanpamu
diperintahkan bahwa aku harus tegak berdiri,
tanpa cintamu.
Ku buka lembar demi lembar,
kisah perjalanan cinta penuh alpa,
ada keinginan yang tertutup,
kata-kata yang telah terucap,
juga janji yang telah ditetapkan.
Luruh,
keperkasaanku runtuh bagaikan guguran daun,
matahari tak mampu menghangatkan jiwaku,
pun malam yang dingin tak mampu menggugah mimpiku.
Sungguh aku ingin berlari menuju bibir tebing,
meninggalkan kekacauan ini,
rasanya tak percaya,
kau melemahkan hati ini,
untukmu aku hidup,
sepanjang hari dengan bibir dan hati terkunci,
untukmu aku berdiri, setulus hati dengan air mata yang tertahan,
tapi dalam jiwaku,
api cinta selalu membakar untukmu,
untukmu.
--
Catatan :
File Galeri : nahdiana.com
Tulisan : Saroji
Kamera : Nokia 206
Kategori tulisan : Fiksi
Tempat : Karawang
Waktu : 12:37 / 21 Mei 2015
© Copyright - All Rights Reserved
sepanjang hari dengan bibir dan hati terkunci.
Untukmu aku berdiri, sepanjang hari dengan air mata yang tertahan,
Tapi dalam hatiku,
api cinta selalu membakar untukmu.
Kehidupan telah membawaku ke dalam masa lalu,
dikelilingi oleh kenangan yang tak berujung.
Aku mencari sebuah jawaban,
aku tak pantas untukmu.
Atau memang kau tak pantas untukku.
Begitu banyak cobaan yang menumpuk,
kedamaian yang kurindukan,
cinta dan kasih sayang yang ku dambakan.
Bagaimana dapat ku gambarkan kekejaman dunia ini,
Aku diperintahkan bahwa aku harus hidup,
tapi tanpamu
diperintahkan bahwa aku harus tegak berdiri,
tanpa cintamu.
Ku buka lembar demi lembar,
kisah perjalanan cinta penuh alpa,
ada keinginan yang tertutup,
kata-kata yang telah terucap,
juga janji yang telah ditetapkan.
Luruh,
keperkasaanku runtuh bagaikan guguran daun,
matahari tak mampu menghangatkan jiwaku,
pun malam yang dingin tak mampu menggugah mimpiku.
Sungguh aku ingin berlari menuju bibir tebing,
meninggalkan kekacauan ini,
rasanya tak percaya,
kau melemahkan hati ini,
untukmu aku hidup,
sepanjang hari dengan bibir dan hati terkunci,
untukmu aku berdiri, setulus hati dengan air mata yang tertahan,
tapi dalam jiwaku,
api cinta selalu membakar untukmu,
untukmu.
--
Catatan :
File Galeri : nahdiana.com
Tulisan : Saroji
Kamera : Nokia 206
Kategori tulisan : Fiksi
Tempat : Karawang
Waktu : 12:37 / 21 Mei 2015
© Copyright - All Rights Reserved
Artikel Terkait
- Galeri Foto Iqbal Sakit Usus Buntu
- Foto Iqbal Sakit Usus Buntu
- Foto Iqbal Waktu Operasi Usus Buntu
- Foto Saroji Lagi Kerja
- Galeri Alumnus UNIAT Jakarta Tahun 1991-1998
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Luruh
- Kenangan Di Pancawati - Karawang
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Rindu Nabi
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Selasar
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Yang Celaka atau Kamu Yang Celaka
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Tahu Jiwamu Menangis
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kabut
- Gallery Presiden Amerika Serikat Barack Obama
- Jendral Besar Soeharto
- Fadhilah Memberi Minum Anjing Yang Kehausan
- Ketika Aku Sendiri
- Biarkan Burung-Burung Itu Bernyanyi Anakku
- Patah Arang
- Matahari Senja
- Bunga Cinta
Komentar