Aktualinfo.com : Seberapa pentingkah Syria bagi Israel?
Jawabannya adalah sangat penting.
Operasi penyusupan intelijen terbesar yang dilakukan Israel terhadap
Syria pernah gagal total dan berakhir dengan digantungnya sang maestro
Eli Cohen oleh Syria. Tokoh penting yang menggagalkan operasi
intelijen itu adalah Hafez Al Assad, bapak dari Presiden Syria
sekarang Bashar Assad.
Walaupun gagal dalam perang 6 hari di tahun 1967 sehingga Golan jatuh
dan di pihak Mesir, Sinai juga jatuh ke tangan Israel, tahun 1973
bersama Mesir mereka bahu membahu perang melawan Israel. Perang Yom
Kippur ini dahsyat sekali dan Israel kalah telak kalau AS di
detik-detik terakhir tidak turun langsung dalam kancah pertempuran dan
seperti biasa melakukan politik pecah belah yaitu perjanjian Camp
David kepada Mesir dan meninggalkan Syria. Mesir mendapatkan Sinai dan
bantuan keuangan dan tidak akan menyerang Israel. Sedangkan Syria
menghadapi kekuatan penuh Israel dan AS, sehingga Golan yang pada
awalnya sudah berhasil direbut, jatuh lagi ke tangan Israel.
Apakah Syria kapok?
Jelas tidak.
Cuma karena peta politik sudah berubah, perang dingin sudah selesai,
Proyek Glasnost Perestroikanya Michael Gorbachev berhasil meruntuhkan
keangngkeran Uni Sovyet, Syria dan negara-negara Arab tidak punya
pendukung dan pemasok senjata yang handal lagi untuk melawan Israel.
Oleh sebab itu Syria merubah taktik, dukungan terhadap kelompok
perlawanan terhadap Israel diberikan penuh.
Pengungsi Palestina ditampung dalam jumlah besar dan organisasi
Palestina dibantu dalam melawan Israel.
Tapi yang paling menakutkan Israel adalah dukungan Syria terhadap Hizbullah.
Sebelumnya Israel berhasil mengacak-acak Lebanon Selatan dengan jurus
adu domba dan bahkan melakukan invasi yang terkenal dengan Tragedi
Shabta Shatila, yaitu pembantaian pengungsi Palestina oleh Israel dan
kroninya.
Hizbullah merupakan fenomena menarik karena organisasi ini muncul dan
menarik simpati berbagai kelompok di Lebanon terutama Lebanon Selatan.
Walaupun mereka kuat dan Well Organized, mereka tetap Low Profile.
Mereka meletakkan tujuan mereka di perlawanan terhadap Israel, bukan
untuk menguasai Lebanon walaupun mereka mampu.
Di sinilah letak simpatiknya.
Mereka mampu melakukan operasi-operasi intelijen tingkat tinggi dalam
melawan Israel, menukar tawanan israel dengan orang-orang Palestina
yang ditahan Israel.
Yang paling monumental adalah Hizbullah berhasil mengalahkan Israel
dalam perang 34 hari tahun 2006 dengan memukul mundul serangan darat
Israel dan menenggelamkan kapal perang canggih Israel di pantai
Lebanon dalam suatu pameran kepemimpinan Hasan Nasrallah yang
mengkomandoi serangan rudal terhadap kapal tersebut.
Para ahli strategi militer dunia, terutama Israel terkejut dengan
kemampuan Hizbullah tersebut.
Mereka tentu berpikir apakah kehebatan Hizbullah lahir dengan
sendirinya atau ada yang mendukung.
Secara individu dan berkelompok, mereka tahu Hizbullah ini tertata
rapi, tapi secara militer dari mana kemampuan mereka.
Telunjuk Israel dan konco-konconya mengarah terutama ke Iran dan
jangkarnya yaitu Syria.
Aliansi tiga kekuatan ini yaitu Iran, Syria dan Hizbullah di garis
depan yang dicemaskan Israel.
Israel berpikir keras bagaimana mengahancurkan Hizbullah?
Jurus lama digunakan lagi yaitu lumpuhkan pendukungnya dan alihkan
perhatian Hizbullah.
Kalau mau melumpuhkan Iran, Israel tidak mampu karena sudah beberapa
kali dicoba tapi tidak bisa seperti operasi Blud Light melalui AS di
awal-awal Revolusi Islam Iran. Dengan embargo, bukannya bertambah
lemah, Iran makin maju di bidang militer dan ekonomi juga tidak lumpuh
seperti Irak. Bahkan komitmen Iran untuk bantu kelompok-kelompln
perlawanan di Gaza tidak pernah surut.
Yang paling mudah untuk disasar adalah Syria.
Kenapa?
Masyarakat Syria sangat majemuk.
Penguasa berasal dari suku minoritas yaitu Alawite.
Ada penguasa yang sudah bertahan lama dan keras. (Militer dan
intelijen sangat dominan karena mereka dalam keadaan siaga terus
menerus menghadapi Israel).
Organisasi Ikhwanul Muslimin memendam ketidaksukaan yang dalam karena
pernah dilumpuhkan setelah melakukan perlawanan militer di Hama.
Turki bisa diajak kerjasama karen anggota NATO dan penguasanya kalau
tidak dikatakan IM, sekurang-kurangnya simpatisan IM.
Faktor-faktor di atas sangat subur untuk menimbulkan konflik internal
dengan dukungan negara tetangga.
Tanpa dukungan negara tetangga sangat sulit untuk melanggengkan
konflik internal dan menjatuhkan rezim.
Belakangan terbukti pertempuran-pertempuran dahsyat dan sulit terjadi
di front utara yang berdekatan dengan Turki.
Sangat bisa dimengerti kenapa Bernard Henri Levi, seorang Yahudi
pengikut Zionis fanatik, John Mc Cain pendukung AIPAC, Mayor Jenderal
Vallely pendukung Israel dan Basma Kadmani (member dari Bilderberg)
terlibat dalam konflik Syria ini. (Penulis : Joserizal Jurnalis)
--
© Copyright - All Rights Reserved
Jawabannya adalah sangat penting.
Operasi penyusupan intelijen terbesar yang dilakukan Israel terhadap
Syria pernah gagal total dan berakhir dengan digantungnya sang maestro
Eli Cohen oleh Syria. Tokoh penting yang menggagalkan operasi
intelijen itu adalah Hafez Al Assad, bapak dari Presiden Syria
sekarang Bashar Assad.
Walaupun gagal dalam perang 6 hari di tahun 1967 sehingga Golan jatuh
dan di pihak Mesir, Sinai juga jatuh ke tangan Israel, tahun 1973
bersama Mesir mereka bahu membahu perang melawan Israel. Perang Yom
Kippur ini dahsyat sekali dan Israel kalah telak kalau AS di
detik-detik terakhir tidak turun langsung dalam kancah pertempuran dan
seperti biasa melakukan politik pecah belah yaitu perjanjian Camp
David kepada Mesir dan meninggalkan Syria. Mesir mendapatkan Sinai dan
bantuan keuangan dan tidak akan menyerang Israel. Sedangkan Syria
menghadapi kekuatan penuh Israel dan AS, sehingga Golan yang pada
awalnya sudah berhasil direbut, jatuh lagi ke tangan Israel.
Apakah Syria kapok?
Jelas tidak.
Cuma karena peta politik sudah berubah, perang dingin sudah selesai,
Proyek Glasnost Perestroikanya Michael Gorbachev berhasil meruntuhkan
keangngkeran Uni Sovyet, Syria dan negara-negara Arab tidak punya
pendukung dan pemasok senjata yang handal lagi untuk melawan Israel.
Oleh sebab itu Syria merubah taktik, dukungan terhadap kelompok
perlawanan terhadap Israel diberikan penuh.
Pengungsi Palestina ditampung dalam jumlah besar dan organisasi
Palestina dibantu dalam melawan Israel.
Tapi yang paling menakutkan Israel adalah dukungan Syria terhadap Hizbullah.
Sebelumnya Israel berhasil mengacak-acak Lebanon Selatan dengan jurus
adu domba dan bahkan melakukan invasi yang terkenal dengan Tragedi
Shabta Shatila, yaitu pembantaian pengungsi Palestina oleh Israel dan
kroninya.
Hizbullah merupakan fenomena menarik karena organisasi ini muncul dan
menarik simpati berbagai kelompok di Lebanon terutama Lebanon Selatan.
Walaupun mereka kuat dan Well Organized, mereka tetap Low Profile.
Mereka meletakkan tujuan mereka di perlawanan terhadap Israel, bukan
untuk menguasai Lebanon walaupun mereka mampu.
Di sinilah letak simpatiknya.
Mereka mampu melakukan operasi-operasi intelijen tingkat tinggi dalam
melawan Israel, menukar tawanan israel dengan orang-orang Palestina
yang ditahan Israel.
Yang paling monumental adalah Hizbullah berhasil mengalahkan Israel
dalam perang 34 hari tahun 2006 dengan memukul mundul serangan darat
Israel dan menenggelamkan kapal perang canggih Israel di pantai
Lebanon dalam suatu pameran kepemimpinan Hasan Nasrallah yang
mengkomandoi serangan rudal terhadap kapal tersebut.
Para ahli strategi militer dunia, terutama Israel terkejut dengan
kemampuan Hizbullah tersebut.
Mereka tentu berpikir apakah kehebatan Hizbullah lahir dengan
sendirinya atau ada yang mendukung.
Secara individu dan berkelompok, mereka tahu Hizbullah ini tertata
rapi, tapi secara militer dari mana kemampuan mereka.
Telunjuk Israel dan konco-konconya mengarah terutama ke Iran dan
jangkarnya yaitu Syria.
Aliansi tiga kekuatan ini yaitu Iran, Syria dan Hizbullah di garis
depan yang dicemaskan Israel.
Israel berpikir keras bagaimana mengahancurkan Hizbullah?
Jurus lama digunakan lagi yaitu lumpuhkan pendukungnya dan alihkan
perhatian Hizbullah.
Kalau mau melumpuhkan Iran, Israel tidak mampu karena sudah beberapa
kali dicoba tapi tidak bisa seperti operasi Blud Light melalui AS di
awal-awal Revolusi Islam Iran. Dengan embargo, bukannya bertambah
lemah, Iran makin maju di bidang militer dan ekonomi juga tidak lumpuh
seperti Irak. Bahkan komitmen Iran untuk bantu kelompok-kelompln
perlawanan di Gaza tidak pernah surut.
Yang paling mudah untuk disasar adalah Syria.
Kenapa?
Masyarakat Syria sangat majemuk.
Penguasa berasal dari suku minoritas yaitu Alawite.
Ada penguasa yang sudah bertahan lama dan keras. (Militer dan
intelijen sangat dominan karena mereka dalam keadaan siaga terus
menerus menghadapi Israel).
Organisasi Ikhwanul Muslimin memendam ketidaksukaan yang dalam karena
pernah dilumpuhkan setelah melakukan perlawanan militer di Hama.
Turki bisa diajak kerjasama karen anggota NATO dan penguasanya kalau
tidak dikatakan IM, sekurang-kurangnya simpatisan IM.
Faktor-faktor di atas sangat subur untuk menimbulkan konflik internal
dengan dukungan negara tetangga.
Tanpa dukungan negara tetangga sangat sulit untuk melanggengkan
konflik internal dan menjatuhkan rezim.
Belakangan terbukti pertempuran-pertempuran dahsyat dan sulit terjadi
di front utara yang berdekatan dengan Turki.
Sangat bisa dimengerti kenapa Bernard Henri Levi, seorang Yahudi
pengikut Zionis fanatik, John Mc Cain pendukung AIPAC, Mayor Jenderal
Vallely pendukung Israel dan Basma Kadmani (member dari Bilderberg)
terlibat dalam konflik Syria ini. (Penulis : Joserizal Jurnalis)
--
© Copyright - All Rights Reserved
Komentar