Aku memandangi kemegahan kota yang basah diguyur air hujan
aku memandangi wajah-wajah tua yang hampir menyerah dihimpit zamanaku memandangi keresahan yang lelah ditaburi bintang-bintang
benarkah sanjungan itu kemuliaan?
benarkah telah sirna lentera itu dari malam?
Ku dengarkan sayup suara adan di kesunyian,
duh para pengelana bilakah menghentikan langkahnya,
bersembah sujud mensyukuri karunia di badan,
badan ini berapa lama di perjalanan
meniti hari siang dan malam
menjemput impian
bilakah tasbih dan tahmid fasih di lisan
menyentuh kalbu diambang kegersangan.
Ini kisah bukanlah seperti kembang
yang harum mewangi, kemudian layu dibuang di comberan,
ini kisah badan di perjalanan
meniti hari pagi siang petang dan malam
menyibak tirai usia di kegelapan
menghitung entah tinggal sisa berapa
menghitung apakah amal ini seperti tulang berserakan
dari sisa anjing liar yang ditinggalkan
ataukah seperti mutiara yang cemerlang bercahaya,
Tuhan,
hambaMu menanti jawaban.
Artikel Terkait
- Cinta Dalam Perjalanan
- Puisi Patah Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Luruh
- Kenangan Di Pancawati - Karawang
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Rindu Nabi
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Selasar
- Sadar Tapi Tak Sadar
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Yang Celaka atau Kamu Yang Celaka
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Tahu Jiwamu Menangis
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kabut
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Binal
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Air Mata
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Tuhanku
- Cinta Tak Selamanya Indah
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Sekeping Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Desah Nafas Kecewa
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Makan Itu Cinta!!!
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kecil, Hidup dan Mati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Seraut Wajah
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Embun Di Pelupuk Mata
Komentar