aku lihat puncak Gunung Slamet yang megah berdiri di atas hamparan
sawah yang masih hijau.
Angin selatan berhembus perlahan
menyapa bilah-bilah rambutku yang masih acak-acakan,
benarkah gunung setegar itu kelak akan menumpahkan lahar ?
menyapu bersih seluruh kehidupan di bawahnya ?
Mungkin sebuah keniscayaan
meski waktunya entah kapan,
tapi agaknya penghulu alam mulai geram
menyaksikan sendi-sendi kehidupan porak poranda,
siapa pula yang menghancurkan
karena kita sendirilah yang menjadi pelakunya,
bukan orang lain menjadi kambing hitam
karena kita sendirilah yang memilih jalan kehidupan di antara benar dan
salah.
Jiwaku,
bukankah kita telah diberi anugrah terbesar
yang alam semesta tidak sanggup menerimanya ?
Jiwaku,
bukankah anugerah itu berupa hidayah keimanan ?
Bukankah kebebasan juga sebuah karunia ?
Dengannya kita memilih hidayah untuk menyelamatkan diri, atau
kesesatan untuk menghancurkan alam semesta...
Artikel Terkait
- Keajaiban Kebaikan
- Jangan Putus Asa
- Ibarat Bulu di Jari Kelingking
- Di Atas Segala Cinta
- Mutiara Hikmah
- Rindu Nabi, Rindu Rasulullah
- Berjalan Perlahan
- Khalwat
- Mendung, Suram dan Kelabu
- Ketika Kebenaran Diabaikan
- Mama, Keteguhan dan Kebenaran
- Kebahagiaan Hidup Diawali Dari Rumah
- Seraut Wajah
- Bermimpi Tentang Kebahagiaan
- Aku Ingin Mencintaimu Karena Allah
- Di Sini
- Kerinduan Al Qur'an
- Meminta Itu Perintah
- Bersyukur Itu Indah
- Kemarahan
Komentar