ketika menjelang mata hampir terlelap
ketika hujan baru saja reda
masih juga menunggu rembulan sebesar mayang
menunggu sinar keperakan semburatkan keindahan cakrawala.
Jakarta,
ketika itu aku bimbang
pertemuan jiwa dan jiwa
mestinya mengalunkan dendang keindahan
merengkuh damai dan kebahagiaan
seperti curah hujan
membasahi bumi gersang,
tapi tidak
jiwa dan jiwa saling curiga
kata dan kalimat meluncur menikam
pedih merusak kebahagiaan.
Jakarta,
ketika kebahagiaan itu mesti diperjuangkan
dengan tetesan keringat dan air mata,
toh tidak cukup !
Seperti ada panggilan dan bersumpah
untuk memerah darah hingga tetes penghabisan
hingga aku ragu
kebahagiaan itu untuk siapa
kebahagiaan itu milik siapa.
Jakarta,
yang memisahkan Ibunda dari kasih sayang
yang berkata ini hidup dan kehidupan
ganas dan mencekam.
Jakarta,
di puncak gedung ini aku bertanya
kebahagiaan,
demi siapakah ?
[tags Jakarta, hujan, bulan, mayang, kebahagiaan, demi siapakah ?]
Artikel Terkait
- Negeri Impian
- Di Manakah Keadilan?
- Cinta Dalam Perjalanan
- Puisi Patah Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Luruh
- Kenangan Di Pancawati - Karawang
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Rindu Nabi
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Selasar
- Sadar Tapi Tak Sadar
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Yang Celaka atau Kamu Yang Celaka
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Tahu Jiwamu Menangis
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kabut
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Binal
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Air Mata
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Tuhanku
- Cinta Tak Selamanya Indah
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Sekeping Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Desah Nafas Kecewa
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Makan Itu Cinta!!!
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kecil, Hidup dan Mati
Komentar