dari jauh mengucapkan salam.
Seperti angin yang semilir
kau belai rambut sutra ini.
Di beranda ini kemudian aku tercengang
sudah lama, kau telah tiada.
Di taman itu pernah ku tanam kembang melati
tapi tak pernah tumbuh dan berbunga
seperti tak pernah kunikmati indahnya bunga-bunga pengantin
kemarau ini begitu kering
jauh di lereng gunung, hutan itu terbakar
seperti kenangan itu membakar diriku, hangus dan runtuh
semestinya inilah hari kemerdekaanku
dan ku kibarkan bendera kemenanganku
tapi hanya mimpi.
Jauh di sana mungkin kau menangis
tapi sebenarnya akulah yang menangis
merintih dan perih.
Ku dengarkan kau seperti bersuara
sebuah nyanyian tentang cinta dan kerinduan
tentang sepucuk doa
tentang darah dan air mata
yang terlanjur tertumpah, tanpa makna.
Suara itu
hanya kau yang punya
hanya aku yang mendengar
karena sukmamu
jiwa ragaku.
Artikel Terkait
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Embun Di Pelupuk Mata
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Doa Suci
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku
- Orang Tua
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Di Sini
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Dari Bilik Kalbu
- Small Note The Prisoners : Here
- You
- Whole
- Negeri Impian
- Di Manakah Keadilan?
- Cinta Dalam Perjalanan
- Puisi Patah Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Luruh
- Kenangan Di Pancawati - Karawang
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Rindu Nabi
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Selasar
- Sadar Tapi Tak Sadar
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Yang Celaka atau Kamu Yang Celaka
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Tahu Jiwamu Menangis
Komentar