Hari ini menjelang senja
ketika ku lihat di ufuk barat
matahari semburatkan warna merah tembaga
betapa ku jalani hidup di hari ini begitu melelahkan
tak cukup selembar sapu tangan sekedar mengusap daki dan keringat di muka berdebu
aku ingin minum
aku ingin makan
aku ingin tidur
aku ingin mimpi indah
dan panjang
Seharian menelusuri jalanan
menapaki lereng-lereng menyibak ilalang
mencari sesuap nasi, itu juga bagian dari tantangan
bukan hampir menyerah, bukan
ini hari mengapa ada keresahan
demi siapakah kaki ini melangkah
demi apakah kata hati terucapkan
mengetuk pintu-pintu tertutup
menoleh ke kiri ke kanan
melangkah tertatih-tatih
kemudian seseorang berseru sambil berkacak pinggang,
...menyerahlah !
...menyerahlah !
Ini petualangan milik siapa
hingga menjelang malam masih saja bimbang
betapa rumitmya hidup manusia
andai saja ku hidup sendiri
tak ada bahasa tak ada kata hati
tentu mati ini pun tak mungkin
biarkan aku terlelap sejenak, Isabela
melupakanmu
meninggalkanmu
biarkan aku bermimpi sejenak
tentang langit dan seribu bidadari
tentang bening telaga dan salju abadi
Bulan purnama tersibak dari balik awan
di beranda ini aku malu dan tersadar
temaram cahayanya menyapa igaku kering pucat
semilir angin malam menyentuh dedaunan
daun kalbu
kering layu
hampir luruh
Tuhanku
bukan khilafMu bukan amarahMu
aku telah lupa diri
telah meratap dan mencaci
Tuhanku
beri aku kekuatan
beri aku keindahan
beri aku cinta
Tuhanku
maafkan diri ini
selama ini aku lupa diri
mencampakMu dan mengagungkan yang lain
Tuhanku
rinduku
harapanku
Komentar