REFORMASI
Peluru itu telah dimuntahkan
enam orang mahasiswa jatuh berguguran bersimbah darah
di antara puluhan ribu rakyat yang mengeluh
tak berarti permohonan maaf
ratusan penjarah mati terpanggang
dalam kurungan api amarah tumbal keserakahan
ribuan gedung hancur berantakan
puing-puing berserakan di sepanjang jalan
menyisakan asap hitam membumbung
sehitam perjalanan sejarah
tak terlihat jelas siapa yang benar siapa yang salah
tentarapun ragu mengarahkan laras senapannya
kostrad
marinir
memasang mata curiga
karena selama ini ternyata mereka menembaki kawan sendiri
kawan sesama pejuang bangsa
para pejuang reformasi
Di antara perundingan para pejabat
diskusi para politisi
debat para birokrat
tak jelas apa yang dibicarakan
tak jelas apa yang diputuskan
tiba-tiba terjadi amukan massa
massa mengamuk seperti anak mengamuk pada bapaknya
minta makan agar tak kelaparan
minta baju agar tak kedinginan
minta susu agar bayi tak kesakitan
hari itu
14, 15, dan 16 mei
tahun 1998
darah dan air mata melimpah ruah
tak seperti beras yang susut dan menghilang
darah ini darah para pejuang
air mata ini air mata perjuangan
dan rakyat ini adalah rakyat yang berjuang
tapi mereka hampir tak didengarkan
tangis dan rintihannya menyentuh tembok bebatuan
tuli dan menyebalkan
sampai para penguasa itu menjatuhkan diri
di antara karma, kutukan dan hujatan
dihadapan jazad para pejuang
memohon ampun tak berguna lagi
karena dari dulu mereka takut kehilangan kedudukan yang tinggi
dari dulu mereka selalu ingkar janji
tentang pemberantasan korupsi dan kolusi
kini mereka harus sadar dan tahu diri
telah saatnya negara direformasi
Pemalang
29 Mei 1998
Peluru itu telah dimuntahkan
enam orang mahasiswa jatuh berguguran bersimbah darah
di antara puluhan ribu rakyat yang mengeluh
tak berarti permohonan maaf
ratusan penjarah mati terpanggang
dalam kurungan api amarah tumbal keserakahan
ribuan gedung hancur berantakan
puing-puing berserakan di sepanjang jalan
menyisakan asap hitam membumbung
sehitam perjalanan sejarah
tak terlihat jelas siapa yang benar siapa yang salah
tentarapun ragu mengarahkan laras senapannya
kostrad
marinir
memasang mata curiga
karena selama ini ternyata mereka menembaki kawan sendiri
kawan sesama pejuang bangsa
para pejuang reformasi
Di antara perundingan para pejabat
diskusi para politisi
debat para birokrat
tak jelas apa yang dibicarakan
tak jelas apa yang diputuskan
tiba-tiba terjadi amukan massa
massa mengamuk seperti anak mengamuk pada bapaknya
minta makan agar tak kelaparan
minta baju agar tak kedinginan
minta susu agar bayi tak kesakitan
hari itu
14, 15, dan 16 mei
tahun 1998
darah dan air mata melimpah ruah
tak seperti beras yang susut dan menghilang
darah ini darah para pejuang
air mata ini air mata perjuangan
dan rakyat ini adalah rakyat yang berjuang
tapi mereka hampir tak didengarkan
tangis dan rintihannya menyentuh tembok bebatuan
tuli dan menyebalkan
sampai para penguasa itu menjatuhkan diri
di antara karma, kutukan dan hujatan
dihadapan jazad para pejuang
memohon ampun tak berguna lagi
karena dari dulu mereka takut kehilangan kedudukan yang tinggi
dari dulu mereka selalu ingkar janji
tentang pemberantasan korupsi dan kolusi
kini mereka harus sadar dan tahu diri
telah saatnya negara direformasi
Pemalang
29 Mei 1998
Komentar