secarik kertas
rindu dendam
menoreh warna
menyibak cakrawala
melukis cinta
dalam bait alpa.
Betapa kejamnya hati manusia
jiwa ini menjadi saksinya
haruskah hati lemah jadi korban
di antara semua orang yang mengaku pahlawan ?
Aku
hanyalah sebait alpa
yang bernyanyi tentang kematian
kematian pangkat
kematian derajat
kematian harta
kematian air mata...
Mencampak kematian hakiki
kematian iman...
Betapa berdayanya manusia ini
namun sombong di antara sesama
tapi betapa lemahnya manusia ini
selalu dilanda resah dan gelisah.
Duhai jiwaku yang bergelora
duhai amarahku yang membabi buta
duhai kecewaku yang berkepanjangan
inilah iman
kalau hendak engkau terjemahkan..!!
Aku
selalu kecewa dan menyesali diri
lukisan cinta hanya nyata di hamparan kertas
torehan warnanya hanya hanya tipu daya
kesetiaan hanyalah alpa
alpa...
Pemalang 29 Juli 2000
Artikel Terkait
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Luruh
- Kenangan Di Pancawati - Karawang
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Rindu Nabi
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Selasar
- Sadar Tapi Tak Sadar
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Yang Celaka atau Kamu Yang Celaka
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Tahu Jiwamu Menangis
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kabut
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Binal
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Air Mata
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Tuhanku
- Cinta Tak Selamanya Indah
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Sekeping Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Desah Nafas Kecewa
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Makan Itu Cinta!!!
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kecil, Hidup dan Mati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Seraut Wajah
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Embun Di Pelupuk Mata
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Doa Suci
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku
Komentar