Mestinya aku suci
dari prasangka dan maksiat hati,
tapi aku telah hampir
pada sebuah jurang yang dalam sekali.
dari prasangka dan maksiat hati,
tapi aku telah hampir
pada sebuah jurang yang dalam sekali.
Aku bahkan bermain api,
sebuah bara yang amat meluluhkan,
sungguh Tuhanku cemburu dan kecewa,
karena aku lalai dari semua amanat,
tapi Tuhanku masih mencengkramku,
dengan kasih sayang yang tak dapat kunilai,
dalam tanganNya yang kuat,
bahkan aku didekapnya
agar tak lepas lagi'
selamanya.
Sungguh,
Tuhanku cemburu dan kecewa,
aku seakan lupakan perjalanan abadi'
yang menentukan harga diri dan nilai hati.
Aku hidup di dunia ini sekali,
tak kan kembali lagi bila kelak sudah mati,
jangan campakkan imanku,Tuhanku,
karena segala perbuatanku dipertanggungjawabkan,
jiwaku penuh noda,itulah dosa,
aku lebih patut untuk bersuci,
agar selamat sejahtera,
di akhirat nanti.
@
Jakarta 5 november 1991
Artikel Terkait
- Puisi Patah Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Luruh
- Kenangan Di Pancawati - Karawang
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Rindu Nabi
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Selasar
- Sadar Tapi Tak Sadar
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Yang Celaka atau Kamu Yang Celaka
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Tahu Jiwamu Menangis
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kabut
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Binal
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Air Mata
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Tuhanku
- Cinta Tak Selamanya Indah
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Sekeping Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Desah Nafas Kecewa
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Makan Itu Cinta!!!
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kecil, Hidup dan Mati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Seraut Wajah
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Embun Di Pelupuk Mata
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Doa Suci
Komentar