Langsung ke konten utama

Entri yang Diunggulkan

Keluarga Presiden

Tujuan Akhir

Bismillahir Rohmaanir Rohim

Grandsyeh kita berkata, "Allah Yang Maha Kuasa menciptakan semua umat
manusia, semua sifat manusia, dan Dia berfirman, 'Aku telah
mengarahkan setiap orang pada tujuannya.' Jadi bagi setiap orang, ada
satu tujuan, yang mana ia akan dituntun.

"Tuhan kita berkata kepada Rasulullah (saw), 'Wahai Muhammad! Untuk
meraih Kehadirat Illahiku, ada banyak jalan! Sebanyak semua nafas dari
semua mahluk!' Setiap hari satu orang mempunya dua puluh empat ribu
nafas. Berapa banyak, kalau begitu, untuk semua umat manusia, untuk
semua mahluk? Sebanyak jumlah tersebut ada banyak jalan guna mencapai
kepada Allah.

"Ini merupakan kabar yang sangat baik, tapi apakah tandanya? Allah
berfirman, juga, tak seorangpun tahu dari jalan mana umatKu,
hamba-hambaKu, datang kepadaKu.' Semua jalan menuju kepadaNya. Di
setiap arah yang dilalui oleh seseorang, dia pasti tiba pada Kehadirat
Illahiah. Dia Yang Maha Kuasa berfirman, lagi, 'Tak seorangpun tahu
kecuali Aku jalan mana yang oleh hamba-hambaKu datang kepadaKu. Dengan
sekilas, kamu mungkin melihat seorang hamba melalui jalan yang lain.
Tapi ia datang kepadaKu juga. Dia tidak bisa menemukan apapun kecuali
Aku, tidak peduli ke mana dia akan berjalan! Jalan mana saja yang
hambaKu ikuti, dia pasti datang kepadaKu!'

"Umat Budha, umat Kristen, umat Katolik, orang komunis, kaum
Konfusius, kaum Brahma, orang Negro; siapa yang menciptakan mereka?
Dialah yang menciptakan mereka, semuanya, dan masing-masing berkata,
"Kita pergi melalui jalan yang sampai pada Kehadirat Illahi. Sangat,
amat banyak jalan; kamu tidak bisa tahu. Oleh karena itu, Allah
berfirman, 'Allay sa'llahu biya kaymi hajimn.' Ini artinya, 'Tak
seorangpun yang mengadili hamba-hambaKu, kecuali Aku! Akulah yang akan
mengadili hamba-hambaKu. Tak seorangpun dari kamu yang akan mengadili,
tidak Iblis, dan tidak pula para nabi! Mereka tidak punya wewenang
untuk mengadili hamba-hambaKu. Akulah Sang Hakim!' Inilah perintah
Tuhan kita, Allah Yang Maha Kuasa."

"Maulana?" tanya seorang murid, "bagaimana dengan jalan menuju ke
Neraka? Apakah akan sampai kepada Allah, juga?"

"Betul," jawab Syeh. "Jalan ke Neraka akan sampai kepadaNya juga,
setelah neraka. Neraka untuk membersihkan orang-orang, membersihkan
mereka dari dosa dan sifat-sifat buruk, dan kemudian menuntun mereka
kepada Allah."

"Ya." Sang Syeh berhenti, dan kemudian melanjutkan, "Iman bersifat
abadi, kufur bersifat sementara. Pada semua orang, iman merupakan
keadaan yang permanen. Mungkin ada orang yang akan berada di Neraka
selamanya, jika Dia memerintahkan demikian, tapi setiap orang akan
sampai pada Kehadirat IlahiNya. Dia tidak akan meninggalkan
hamba-hambaNya dalam genggaman Setan dan Setan tidak akan menjadi
hakim bagi hamba-hambaNya juga! Kamu pikir Setan akan menang? Setan
tidak akan pernah menang! Allah yang Maha Kuasa adalah Maha Agung!
RahmatNya tidak meninggalkan apa-apa dalam Neraka tiada batas.

"Saya tidak mengerti hal ini," ujar salah seorang saudara. Kemarin
anda bilang bahwa seseorang harus mempunyai pembimbing, yang berada di
jalan Allah yang harus dia ikuti. Sekarang, anda bilang bahwa semuanya
berada di jalan Allah."

"Untuk memahami hal ini," jawab Maulana, "Kamu harus mengetahui bahwa
ada dua macam orang. Orang-orang biasa, orang-orang awam yang secara
umum puas pada tindakannya. Mereka tidak melihat kebutuhan untuk
mengikuti seseorang. Tapi siapapun yang memohon tingkatan yang lebih
tinggi dalam Kehadirat Ilahi, dia harus memiliki penuntun. Apakah
semua orang punya gelar diploma? Tidak, hanya beberapa orang.
Orang-orang biasa tidak meminta gelar diploma.

"Namun demikian ada juga beberapa orang yang perlu mencapai kedudukan
yang lebih mulia, tingkatan yang paling tinggi di hadapan Kehadirat
Ilahi. Tingkatan pertama yaitu para nabi dan mereka yang berada di
jalan para nabi. Kemudian datang tingkatan kedua, ketiga, dan
seterusnya. Namun semua keagungan datang pada tingkatan pertama.
Merekalah yang akan memiliki keagungan paling banyak, rahmat paling
banyak, cahaya paling banyak. Tentu saja mereka mendekati Kehadirat
IlahiahNya.

"Oleh karena itu, Allah berfirman, 'Kamu harus mengikuti satu orang
yang mendekat kepadaKu agar berada dalam tingkat pertama.' Jika kamu
tidak tertarik pada tingkat pertama, kamu boleh mengambil yang kedua,
atau ketiga...kamu mengerti?"

"Tapi bagaimana dengan mereka yang membelakangi Ka'bah?"

"Beberapa mungkin kembali kepadaNya dengan keinginannya sendiri, tapi
sebagian besar membutuhkan dorongan dengan kekuatan. Bila mereka tidak
menerima kekuatan (memiliki bimbingan), maka kekuatan Ilahiah akan
memaksa mereka untuk siap kembali."

"Jadi, pada akhirnya, setelah Surga dan Neraka, hanya ada Allah?"

"Semua hal ada dalam samudra kekuatanNya. Kita sedang berenang dalam
samudra kekuatan. Kita hanya seperti bayang-bayang; kita tidak
memiliki keberadaan yang nyata bagi Allah yang Maha Kuasa. Dia berdiri
sendiri. Dia Qayyum; tidak memerlukan yang lain untuk membuatnya
berdiri. Dia berdiri sendiri. Tapi, kita sedang berdiri bersamaNya."

Mencoba memahami hal ini, murid yang lain bertanya, "Maka, Allah pada
akhirnya akan selesai dengan ciptaan? Akankah nantinya hanya Dia
semata?"

Sang Syeh berbicara, "Tidak akan habis bagi ciptaan. Ciptaan selalu
berlanjut, dan kita merupakan mahluk."

"Jadi apakah maknanya ketika Quran berfirman bahwa, "Semuanya akan
musnah, kecuali wajahNya?"

"Ya," jawab Syeh Nazim, "dunia ini akan musnah. Tapi semua yang milik
Allah yang Maha Kuasa, ruh kita, tidak habis, tidak musnah. Jasmani
kita akan musnah, tapi ruh kita akan bersamaNya selalu. Kita katakan
bahwa jasmani kita berasal dari Alam-al Kahlq,' dan ruh kita (arwah)
berasal dari 'Alam al-amr.'"

Saudara yang lain melanjutkan, "Kadang-kadang kelihatannya seperti
semua adalah Allah, dan tidak ada 'saya.'"

Maulana berkata kepadanya, "Kamu menanyakan apakah sang Pencipta dan
apakah mahluk?"

"Ya," jawab sang murid. "Saat kita pergi dari dunia ini apakah kita
tetap sebagai individu? Apakah kita akan duduk, insya Allah, di Surga
bersama Nazim Effendi?"

"Betul, ada kehidupan individu," jawab Syeh.
"Dan apakah kita akan mempunyai ilmu sendiri juga?"
Sang Syeh tersenyum, "Kita akan punya ilmu mutlak."

"Dan keberadaan individu?" salah seorang saudara melanjutkan.
"Dan keberadaan individu!" balas Syeh.
"Betul?"
"Betul!" ucap Maulana. "Kalian mengerti?"

Salah seorang murid menggeleng kepalanya. "Siapa yang bisa menuliskan itu!"
Syeh Nazim tetap sabar. "Kita semua memiliki pribadi individu dalam
Kehadirat Ilahi."

"Saya pernah membaca hal-hal seperti ini, "ucap murid yang lain, "tapi
saya tidak tahu bagaimana untuk benar-benar memahaminya. "

Maulana tersenyum lagi, "Ya," beliau menjelaskan, "karena sekarang,
kita masih di permulaan. Kamu tidak bisa melukiskan kepada seseorang
bagaimana caranya bekerja." Beliau berhenti sejenak, dan menggerakkan
alat rekam yang kita sedang gunakan untuk merekam kuliah beliau. "Ini
adalah alat rekam," ujar beliau. "Dapatkah kamu menjelaskan pada orang
awam bagaimana caranya bekerja? Kamu tidak bisa menjelaskan. Dia bisa
mengamatinya dan melihat bahwa alat tersebut bekerja. Hanya beberapa
orang yang bisa mengetahui ini. Setiap waktu kita meningkatkan derajat
ilmu kita, kita semakin memahami. Kamu meminta hal-hal yang kita belum
siap untuk pahami."

"Kita mengetahui bahwa kita mahluk," sang Syeh melanjutkan, "dan bahwa
kita diciptakan oleh sang Pencipta. Bagaimana kita diciptakan, berada
di mana, dan ke mana kita melangkah, kita tidak bisa tahu hingga
realitas tersebut dibuka kepada kita. Setiap waktu kita melangkah
maju, melangkah maju, datang...

Tidak mungkin berbicara mengenai warna kepada orang buta. Kamu tidak
bisa melukiskan wajah yang baik dari wajah yang buruk, atau malam dari
siang, hijau dari merah, putih dari hitam, apakah hijau? Apakah biru?
Apakah merah? Apakah cantik? Apakah buruk? Dapatkah kamu melukiskan
ini pada orang buta? Tidak mungkin. Sekarang mata hati kita tertutup.
Masih harus dibuka, guna melihat realitas tersebut. Sekarang, kita
sedang meyakini saja. Kita harus meyakini, maka hal ini akan tumbuh;
akan terbuka."

"Maulana? Mohon, apakah yang orang-orang lakukan di Surga? Apa
pekerjaan mereka?"

Syeh Nazim menjawab, "Sebagaimana Allah berfirman, 'pekerjaan yang
amat menyenangkan! '"
"Namun apakah Allah menyebutkan di Quran apa yang dikerjakan para
penghuni Surga?"

"Pekerjaan yang sangat menyenangkan, " ulang Maulana. "Mereka menatap
WajahNya dan menatap Cahaya IlahiahNya datang di Surga; berenang dalam
samudra keindahan, berenang dalam samudra kebahagiaan. Mereka mabuk!
Mabuk dengan kenikmatan atas Wajah Ilahiahnya dan samudra keindahan!
Pekerjaan apa yang kamu minta! Kamu gila!"

Pada saat ini semua orang mengalami keadaan yang menggelikan, tertawa
dan tersenyum, seperti dalam keadaan setengah mabuk. Saudara yang
terus bertanya pada Syeh Nazim tentang penghuni Surga mencoba
melanjutkan pendapatnya:
"Tapi," ujarnya, "bukankan mereka tetap berhubungan dengan bumi?"

"Bumi!" jawab sang Syeh, dengan keheranan, "Phtt!" beliau membuat
isyarat yang tidak menyenangkan.

Sang murid melanjutkan, "Tapi para wali - mereka bekerja di atas bumi
bukan? Bukankah Grandsyeh berada dalam hubungan dengan anda, walaupun
beliau berada di Surga?"
"Setelah kiamat, kita berada di Surga," jawab Maulana.
"Tapi bukankah beberapa orang sudah berada di Surga?" tanya sang murid.

"Surga?" ulang sang Syeh, "Ini adalah Surga Barzakh! Ketika semua
pengadilan selesai, maka orang akan berada di Surga!"
Lagi-lagi, sang murid bertanya, "Apakah Awliya hidup di Barzakh?"
"Ya."
"Mereka senang di sana juga?"
"Ya," sang Syeh kini tertawa, "bersenang-senang. ..melihat kamu;
terlalu banyak tertawa sekarang!"
Sekarang, setiap orang tertawa. Lebih banyak pertanyaan muncul:

"Apakah Rasulullah (saw) juga berada dalam eksistensi Barzakh?"
"Ya."
"Tapi beribadah di bumi?"
"Beribadah apa!"
"Para wali beribadah di bumi dari Barzakh juga bukan?"

Pada saat ini, saudara yang lain mengajukan pertanyaan lain: "Saya
ingat pertama kali saya di London." dia memulai, "anda menggambarkan
kubur. Anda menceritakan dua kisah malam itu. Satu tentang Mi'raj; di
mana Rasulullah (saw) melihat samudra rahmat dan kasih sayang yang
tiada batas. Pintu terbuka bagi beliau dan beliau melihat sebuah
pohon."

"Oh ya!" ingat Maulana.
Saudara tersebut melanjutkan, "Dan, dalam pohon itu ada seekor burung,
dengan segumpal kotoran dalam mulutnya. Muhammad (saw) berkata pada
burung tersebut, 'Apa benda yang kamu pegang?' dan burung tersebut
menjawab, 'Wahai Rasul, inilah dosa-dosa umat manusia; segumpal kecil
kotoran ini! Apa jadinya ketika jatuh ke dalam samudra yang amat luas
yang engkau lihat di hadapanmu? Tak ada!'"

Sang murid melanjutkan, "Lalu anda menceritakan kisah tentang seperti
apa di dalam kubur. Anda berkata, 'ketika kamu mati dan malaikat
menunjukkan kamu sebuah nama Ilahiah. Maka ruh kamu keluar dan
kemudian habis."

"Ya, saya ingat," ujar Syeh.
"Lalu," ujar saudara kami, "anda menceritakan kepada kami bahwa orang
mati akan melihat benda yang mengerikan di hadapannya. Orang mati
tersebut akan mencoba melarikan diri darinya, tapi benda tersebut akan
datang mengejarnya dan berkata, 'Oh betapa engkau senang ketika
bersamaku saat engkau masih hidup! Mengapa kau lari dariku sekarang?
Bukankah engkau mengenali aku? Akulah perbuatan-perbuatan burukmu!'
Yang saya tanyakan adalah: apakah kita terbatas setelah mati di dalam
kubur? Apakah kita betul-betul berada dalam tanah?"

Syeh Nazim menjawab seperti ini: "Betul, ada jasmani dan rohani dalam
kubur. Itu berasal dari RahmatNya; untuk membersihkan hambaNya
sebanyak hamba tersebut membuat kotor dirinya di kehidupan ini. Dia
harus bersih, maka Allah membuatnya bersih di dalam kubur. Dia
membersihkan hamba tersebut hingga Hari Kiamat. Maka, hamba tersebut
akan datang dalam keadaan suci.

Seorang murid berkomentar, "Anda memberikan pelajaran yang baik,
Maulana ketika anda menceritakan kepada kita bahwa tidak ada raja
tanpa kerajaan, tidak ada nabi tanpa umat, tidak ada Pencipta tanpa
ciptaan. Allah tidak tercipta dan para hamba juga tidak tercipta. Tapi
saat kita datang ke dalam kehidupan ini, kita lupa."

"Ya," jawab Syeh. "Sudah cukup. Kalian tidak bisa masuk lebih dalam
lagi tanpa tenggelam!"

Illahi anta maqsudi wa ridhaka mathlubi
you are my goal and your pleasure is my desire

Artikel Terkait

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mencintai, Berawal Dari Keyakinan

2004, Siang itu istriku duduk melamun di beranda, aku dekati dia dan bertanya mengapa ? Dia hanya menggelengkan kepala tanpa mengeluarkan sepatah kata. Tapi aku mengenal lahir batin istriku, aku tahu keresahannya, tahu gejolak keinginannya. Anak-anak sudah semakin besar, kebutuhan ekonomi harian kian bertambah, dan dulu sebelum krisis moneter aku adalah seorang buruh pabrik dengan gaji pas-pasan namun masih cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Namun semenjak krisis moneter, pabrik tempatku bekerja bangkrut total, dan seluruh karyawan terkena PHK. Istriku yang dulu satu pabrik dengan saya juga ikut terkena imbasnya, sama-sama menjadi pengangguran. Istriku memilih tinggal di kampung untuk membesarkan anak-anak bersama Bapak mertuaku yang saat itu sudah amat tua. Sesungguhnya hidup di kampung itu lebih tentram dan nikmat kalau kita tidak punya pikiran dan keinginan yang neko-nekn, karena kebetulan istriku mempunyai sepetak sawah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup selama mus...

TUHANKU

Hidupku adalah perjalanan laksana menuju sebuah cakrawala mestinya jiwaku melangkah hingga jauh menembus langiu dan warna hatiku adalah sebuah kerinduan yang dalam dan mestinya aku bertekad hati selain Engkau adalah cintaku tak mungkin. Dengarkanlah kerinduan-kerinduan ini yang menjadi desah kecewa dan tangis setiap hari hati ini adalah bunga-bunga cinta ada getarnya ada geloranya mestinya bukan suara lagu tapi tasbih yang mengalun abadi yang menelusuri darah, daging, dan relung sukma alunnya biar abadi tak lekang karena suka dan duka. Aku berjalan mencapaiMU inilah baktiku tiada rasa jemu inilah cintaku sekedar yang aku tanam dan aku sirami tiada mengelu keluh inilah pujanku sebatas kefasihan lisanku tiada aku kelu Tuhanku.... Jakarta 30 April 1992

Sisa

Puingku adalah sisa sisa kehancuran kegagalan yang tampak makin membawa kegundahan hati tak bernilai segenap bakti tak berguna segala daya hanya kehancuran tampak di mata pedih menjadi kenangan kehancuran itu tak terlupakan. Wahai mendung yang kelabu mengapa tak juga mencurahkan air hujan kau buat hati ini sendu atau puingku itu biarlah menjemput mautku agar sesal itu terasa berlalu tapi kematian dalam puing itu tak mungkin bukan? Tak mungkin juga aku harus menangis meratap biar cinta itu menjadi berhamburan Sisaku biarlah daya yang masih tersisa. Oh segenap cintaku ku nyalakan lilin di malam gelap ku hadirkan untukmu seberkas cahaya terbitlah warna kesucianmu lihatlah kedua tanganku menengadah apa yang selama ini aku dambakan tak lain hanya kedamaian Hanyalah kedamaian itu saja. Pemalang 17 Desember 1990

Surat Al-Hijr (Daerah Pegunungan) Dan Terjemahan

بسم الله الرحمن الرحيم Alif, laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Al-Kitab (yang sempurna), yaitu (ayat-ayat) Al Quran yang memberi penjelasan. Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan. Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan(nya). Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al Quran kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila. Mengapa kamu tidak mendatangkan malaikat kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar?" Kami tidak menurunkan malaikat melainkan dengan benar (untuk membawa azab) dan tia...

Rebutan Warisan Dan Tanda Tanda Datangnya Hari Kiamat

Rerebutan Warisan dalam Keluarga dan Tanda-tanda Kiamat Perebutan Warisan dalam Keluarga dan Tanda-tanda Kiamat Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani (qs) Hari Jum'at, 5 September 2008 Fenton, Michigan-Amerika Serikat Para ayah dan ibu bertengkar … Untuk apa mereka bertengkar? Memperebutkan harta warisan. Harta warisan menjadi masalah. Awliyaullah, apakah yang mereka lakukan? Para orang tua memberikan harta waris sebelum wafat agar anak-anak mereka tidak bertengkar. Atau para orang tua membagikan harta warisan tapi bukan kepada anak-anak mereka. Mereka memberikannya kepada orang lain. Jadi, untuk apa mereka bertengkar? Untuk memperebutkan harta warisan. Meskipun berasal dari ayah dan ibu yang sama, anak-anak itu pun mulai bertengkar. Jadi, uang kalian menjadi musuh kalian. Harta yang kalian tinggalkan menjadi kutukan (fitnah) atas kalian di dalam kubur. Karena, kalau anak-anak menerima harta waris dan menggunakannya untuk kepentingan yang jahat atau untuk narkoba atau hasrat-hasrat buruk l...

Mengapa Jendral Nasution Tidak Menjadi Presiden?

Tatkala Indonesia berhasil mengatasi peristiwa G-30-S/PKI, di bawah Komando Panglima KOSTRAD, Mayor Jenderal Soeharto, menurut penuturan Sujarwo, selanjutnya Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) Jenderal Abdul Harris Nasution, bertindak cepat. Jenderal berbintang empat inipun merespons tuntutan mahasiswa dan rakyat, agar segera dilakukan pergantian Pimpinan Nasional. Setelah melalui proses tarik-ulur di dalam tubuh MPRS dan DPR-GR, Jenderal Nasution berhasil membawa Soeharto menempati posisi Pejabat Sementara Presiden (1967). Selaku Ketua MPRS, Jenderal A.H. Nasution menyampaikan penunjukkan Ketua Presidium Kabinet Ampera, Letnan Jenderal Soeharto itu kepada Presiden Soekarno. Dalam percakapan antara Presiden Soekarno dengan Jenderal Nasution tersebut, sempat ditanyakan alasan Ketua MPRS memilih Soeharto. Dengan tegas Nasution menyampaikan bahwa selama ini Soeharto memiliki reputasi militer yang sangat baik. Selain itu telah berhasil mengatasi kemelut yan...

Bukti Keberadaan Tuhan

Beriman bahwa Tuhan itu ada adalah iman yang paling utama. Jika seseorang sudah tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, maka sesungguhnya orang itu dalam kesesatan yang nyata. Benarkah Tuhan itu ada? Kita tidak pernah melihat Tuhan. Kita juga tidak pernah bercakap-cakap dengan Tuhan. Karena itu, tidak heran jika orang-orang atheist menganggap Tuhan itu tidak ada. Cuma khayalan orang belaka. a. Kisah Ulama dan Atheist Ada kisah zaman dulu tentang orang atheist yang tidak percaya dengan Tuhan. Dia mengajak berdebat seorang alim mengenai ada atau tidak adanya Tuhan. Di antara pertanyaannya adalah: "Benarkah Tuhan itu ada" dan "Jika ada, di manakah Tuhan itu?" Ketika orang atheist itu menunggu bersama para penduduk di kampung tersebut, orang alim itu belum juga datang. Ketika orang atheist dan para penduduk berpikir bahwa orang alim itu tidak akan datang, barulah muncul orang alim tersebut. "Maaf jika kalian menunggu lama. Karena hujan turun deras,...

Iman, Sabar Dan Syukur

Iman, Sabar dan Syukur Iman terbagi dua, separo dalam sabar dan separo dalam syukur. (HR. Al-Baihaqi) Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada. (HR. Ath Thobari) Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan "Laailaaha illallah" karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud) Tiada lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya. (HR. Ahmad) ===