Seraut wajah membayang,
wajah dilumuri duka dan kepiluan,
bulan purnama timbul tenggelam,
menyinari langkah kaki di malam yang temaram.
Seraut wajah di kegelapan,
berjalan tertatih menelusuri kemarau panjang,
dia punya asa,
masih punya cinta.
Tuhanku terbitkanlah terang,
ku rindu seberkas cahaya,
jangan cintaku Kau buang,
lengan jiwaku menggapai dalam sebait doa,
kau tongkatku,
kau lenteraku,
jangan kau cabik nafas cintaku, menjadi sebatang kara.
Seraut wajah tertunduk,
di bawah dedaunan pinus yang layu,
Tuhanku,
ijinkan aku bersujud
wajah dilumuri duka dan kepiluan,
bulan purnama timbul tenggelam,
menyinari langkah kaki di malam yang temaram.
Seraut wajah di kegelapan,
berjalan tertatih menelusuri kemarau panjang,
dia punya asa,
masih punya cinta.
Tuhanku terbitkanlah terang,
ku rindu seberkas cahaya,
jangan cintaku Kau buang,
lengan jiwaku menggapai dalam sebait doa,
kau tongkatku,
kau lenteraku,
jangan kau cabik nafas cintaku, menjadi sebatang kara.
Seraut wajah tertunduk,
di bawah dedaunan pinus yang layu,
Tuhanku,
ijinkan aku bersujud
Artikel Terkait
- Cinta Dalam Perjalanan
- Puisi Patah Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Luruh
- Kenangan Di Pancawati - Karawang
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Rindu Nabi
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Selasar
- Sadar Tapi Tak Sadar
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Yang Celaka atau Kamu Yang Celaka
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Tahu Jiwamu Menangis
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kabut
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Binal
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Air Mata
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Tuhanku
- Cinta Tak Selamanya Indah
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Sekeping Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Desah Nafas Kecewa
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Makan Itu Cinta!!!
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kecil, Hidup dan Mati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Seraut Wajah
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Embun Di Pelupuk Mata
Komentar