Puisi ini kutulis dengan sangat berat,
Seperti mengeluarkan gulungan kawat
berduri dari dalam kerongkonganku,
walau cuma sebatas buat
kata kata,
tak ku temui satupun lebat harum dan indahmu,
Karena yang ku eja bukanlah yang biasa ku keluarkan setiap hari bila
sedang bernyanyi,
atau gemulai tubuh ketika menari,
namun sebuah tanggung jawab yang lahir di sini,
dari hati.
Bait-bait ku jadikan teman hantaran
melamarmu dengan segenap kecupan,
bagaimana bumi ini ku serahkan semuanya,
semuanya...
Satu dermaga yang menanti ribuan anak-anak kita
kembali menemukan wajahnya,
mari kita buat api,
kumpulan serigala sudah merapat lagi.
Malam yang larut menunggui purnama,
Ku robek jantungmu,
ku ikat perjanjian lama
bersama,
menikahlah denganku,
Aku batu besar dan bersalju
Tak satupun gagak menggiring daging
di atas mayat-mayat bergelantungan,
ribuan pasukan menarikku kembali ke tahanan.
( Senja dekat Furio Camelo, 26/07/2016 - Hasti Nahdiana).
--
© Copyright - All Rights Reserved
Artikel Terkait
- Whole
- Negeri Impian
- Di Manakah Keadilan?
- Cinta Dalam Perjalanan
- Puisi Patah Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Luruh
- Kenangan Di Pancawati - Karawang
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Rindu Nabi
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Selasar
- Sadar Tapi Tak Sadar
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Yang Celaka atau Kamu Yang Celaka
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Tahu Jiwamu Menangis
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kabut
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Binal
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Air Mata
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Tuhanku
- Cinta Tak Selamanya Indah
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Sekeping Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Desah Nafas Kecewa
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Makan Itu Cinta!!!
Komentar