Zaman,
telah berganti zaman
zaman,
menorehkan langkah kaki menjadi sejarah
kabut tipis yang menyelimuti bebatuan
menjelang gerimis di keremangan senja
bebatuan tua terkikis angin
bebatuan tua terlindas zaman.
Zaman,
telah pecah batu hancur berantakan
bukan hancur sedikit demi sedikit
zaman telah mengajakku bicara
tentang keresahan dan keputusasan
padahal aku hanya kerikil
tajam dan berduri.
Zaman,
telah hancur batu berserakan
hampir padam api kemarahan
kerikil-kerikil putus asa
benar, putus asa
menjadi debu berkalang tanah.
Zaman,
dibawah kakiku menyala api neraka
kemana aku menghindar
kemana aku berlari
padahal surga adalah negeri impian
ketika aku bersumpah jabatan
untuk adil dan bijaksana !
Zaman !
Kemana aku berlari
pada saat zamanmu telah hancur berantakan !
batu ini hancur berantakan !
Artikel Terkait
- Kebahagiaan
- Biarkan Prenjak Itu Bernyanyi, Anakku
- WALI ALLAH HARUS MENGIKUTI AJARAN RASUL
- Elang
- SETIAP KITA ADALAH PEMIMPIN
- HADITS TENTANG KEIMANAN
- Small Note The Prisoners : Here
- You
- Whole
- Negeri Impian
- Di Manakah Keadilan?
- Cinta Dalam Perjalanan
- Puisi Patah Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Luruh
- Kenangan Di Pancawati - Karawang
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Rindu Nabi
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Selasar
- Sadar Tapi Tak Sadar
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Yang Celaka atau Kamu Yang Celaka
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Tahu Jiwamu Menangis
Komentar