Dalam kesendirian
roda pedati itu menggelinding
melintasi jalanan berbatu
seorang kakek tersenyum menaiki
....negeri ini telah lama merdeka,
gumamnya.
roda pedati itu menggelinding
melintasi jalanan berbatu
seorang kakek tersenyum menaiki
....negeri ini telah lama merdeka,
gumamnya.
Roda pedati itu terus menggelinding
melewati sawah, ladang, dan perbukitan
hingga sampai di sebuah pintu gerbang kota
bibir yang keriput tersenyum berseri
....mata rabunku tak berdusta,
negeri ini ternyata begitu indah,
pujinya tiada henti.
Roda pedati itu tiba-tiba berhenti
seorang tentara berpangkat mayor datang menghalang
sang kakek termangu tak mengerti
....pak tua, silahkan pergi dari kota celaka ini
sebelum negeri ini terlanjur di timpa huru-hara !!
Pak tua kecewa dan menyesali diri
di tariknya tali kendali
pedatipun berlalu pergi
...kadang manusia itu
tak seramah bumi ini,
gumamnya.
Jakarta
27 November 1996
- - -
Catatan : Terserah Anda mengartikan tulisan ini.
Artikel Terkait
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kecil, Hidup dan Mati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Seraut Wajah
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Embun Di Pelupuk Mata
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Doa Suci
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku
- Orang Tua
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Di Sini
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Dari Bilik Kalbu
- Small Note The Prisoners : Here
- You
- Whole
- Negeri Impian
- Di Manakah Keadilan?
- Cinta Dalam Perjalanan
- Puisi Patah Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Luruh
- Kenangan Di Pancawati - Karawang
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Rindu Nabi
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Selasar
- Sadar Tapi Tak Sadar
Komentar