Dalam keremangan senja,
Seorang anak duduk sendiri
itulah aku.
Di bawah matahari senja
mestinya segera saja aku berkhalwat
agar suara adzan yang kelak memanggilku
untuk bersujud
tiada hilang ditelan goresan waktu
tapi belum juga aku berdiri
beranjak dan berlari
untuk bersunyi diri.
Perjalanan masa lalu
mengapa hanya setitik memberi makna
hamparan bumi untuk bersujud
ayat-ayat suci penerang hati
sorban dan sajadah yang mewangi
mengapa tak sedetikpun terlintas di hati
dan sampai tengah malam ini
mestinya segera saja aku bersuci
dan membaca kalam Illahi dengan lidah yang fasih
atau ku tundukan kepala ini
merata di bumi.
Duh Tuhanku
dengan cara apa aku bersuci
dengan siapa ilmu itu aku cari
untuk siapakah ku persembahkan jiwa raga ini.
Duh Tuhanku
betapa aku ini malu
kuasaMu meliputi bumi dan langit
sekejap usiaku ada di tanganMu
tapi mengapa
hingga jazad ini rapuh
tak ku temui hakikat diriku sendiri
dengan sekali kehendak saja
terjadilah apa yang Kau kehendaki
tapi dengan apa aku menyembahMu
dengan apa ku persembahkan baktiku
tiada daya
tiada kuasa
separuh hati memikirkan dunia
separuh hati ketakutan menjelang mati
dunia
penuh tipuan menyesatkan
akhirat
penuh misteri tak terpecahkan
separuh hati bimbang dan kebingungan
separuh hati berkata hidup ini selalu maju ke depan
sampai hingga aku tiba di sebuah pintu
di mana segala amal perbuatanku kelak di pertanggung jawabkan
Duh, Tuhanku
hanya petunjukMu
itu yang ku rindukan
Jakarta
29 Oktober 1995
itulah aku.
Di bawah matahari senja
mestinya segera saja aku berkhalwat
agar suara adzan yang kelak memanggilku
untuk bersujud
tiada hilang ditelan goresan waktu
tapi belum juga aku berdiri
beranjak dan berlari
untuk bersunyi diri.
Perjalanan masa lalu
mengapa hanya setitik memberi makna
hamparan bumi untuk bersujud
ayat-ayat suci penerang hati
sorban dan sajadah yang mewangi
mengapa tak sedetikpun terlintas di hati
dan sampai tengah malam ini
mestinya segera saja aku bersuci
dan membaca kalam Illahi dengan lidah yang fasih
atau ku tundukan kepala ini
merata di bumi.
Duh Tuhanku
dengan cara apa aku bersuci
dengan siapa ilmu itu aku cari
untuk siapakah ku persembahkan jiwa raga ini.
Duh Tuhanku
betapa aku ini malu
kuasaMu meliputi bumi dan langit
sekejap usiaku ada di tanganMu
tapi mengapa
hingga jazad ini rapuh
tak ku temui hakikat diriku sendiri
dengan sekali kehendak saja
terjadilah apa yang Kau kehendaki
tapi dengan apa aku menyembahMu
dengan apa ku persembahkan baktiku
tiada daya
tiada kuasa
separuh hati memikirkan dunia
separuh hati ketakutan menjelang mati
dunia
penuh tipuan menyesatkan
akhirat
penuh misteri tak terpecahkan
separuh hati bimbang dan kebingungan
separuh hati berkata hidup ini selalu maju ke depan
sampai hingga aku tiba di sebuah pintu
di mana segala amal perbuatanku kelak di pertanggung jawabkan
Duh, Tuhanku
hanya petunjukMu
itu yang ku rindukan
Jakarta
29 Oktober 1995
Komentar