SUARA
Aku dengarkan, kau seperti bersuara
dari jauh menyampaikan salam.
Seperti angin yang semilir
kau belai rambut kering ini.
Di beranda ini kemudian aku tercengang
sudah lama kau telah tiada.
Di taman itu aku tanam melati
tapi tak pernah tumbuh
kemarau ini begitu gersang
jauh di lereng gunung
hutan itu terbakar
seperti kenangan itu yang membakar diriku
harusnya aku suntingkan bunga itu
di sela-sela rambut sutramu
tapi hanya mimpi.
Jauh di sana
mungkin engkau menangis
tapi aku tak tahu untuk siapa
atau kenapa
karena kau tak pernah terbuka.
Aku dengarkan kau seperti bersuara
sebuah salam tentang kerinduan
tentang sepucuk doa
tentang kepiluan tak berkesudahan.
Suara itu
hanya kau yang punya
hanya aku yang mendengar.......
Pemalang 19 Oktober 2002
Aku dengarkan, kau seperti bersuara
dari jauh menyampaikan salam.
Seperti angin yang semilir
kau belai rambut kering ini.
Di beranda ini kemudian aku tercengang
sudah lama kau telah tiada.
Di taman itu aku tanam melati
tapi tak pernah tumbuh
kemarau ini begitu gersang
jauh di lereng gunung
hutan itu terbakar
seperti kenangan itu yang membakar diriku
harusnya aku suntingkan bunga itu
di sela-sela rambut sutramu
tapi hanya mimpi.
Jauh di sana
mungkin engkau menangis
tapi aku tak tahu untuk siapa
atau kenapa
karena kau tak pernah terbuka.
Aku dengarkan kau seperti bersuara
sebuah salam tentang kerinduan
tentang sepucuk doa
tentang kepiluan tak berkesudahan.
Suara itu
hanya kau yang punya
hanya aku yang mendengar.......
Pemalang 19 Oktober 2002
Artikel Terkait
- Cinta Yang Pudar
- Bunga Dahlia
- Bunga Gladiol
- Biarkan Cinta Berbicara
- Januari Yang Biru
- Kesetiaan
- Bougenville
- Gallery Bunga Mawar
- Bunga Tulip
- Bunga Amarilis
- Bunga Anggrek
- Desah Nafas Kecewa
- Ketika Engkau Ku Jelang
- Small Note The Prisoners : Here
- You
- Whole
- Negeri Impian
- Di Manakah Keadilan?
- Cinta Dalam Perjalanan
- Puisi Patah Hati
Komentar