Ketika senja di langit Jakarta temaram
ketika angin dingin berhembus perlahan
ketika itu aku hendak menuju lantai suciMu
lantai tempat jiwaku mengadu
meratap dan berpasrah diri.
ketika angin dingin berhembus perlahan
ketika itu aku hendak menuju lantai suciMu
lantai tempat jiwaku mengadu
meratap dan berpasrah diri.
Hampir saja
hampir saja aku menjelma menjadi manusia jalang
kotor dan terbuang !.
Hampir saja aku terjerumus,
tertipu dan terpuruk.
Nafsu memperdaya
mengajakku berselingkuh
mengkhianati AsmaMu
mencampak kasih sayangMu.
Ketika senja di langit Jakarta temaram,
hampir saja aku terbuang !
Tapi tidak !
Aku yang membuang diri
aku yang berlari
aku yang mencampakkan diri !
Dimanakah jiwaku !
Aku hilang diri
dimanakah cintaku !
Aku tersentak berlari.
Tuhanku !
Dimanakah jiwaku !
Tuhanku !
cinta ini sulit !
Tuhanku !
terjemahkan mimpi !
Tuhanku !
Hidup ini, inikah mati ?
Tuhanku !
Kirimkan kabar untuk cinta ,
cinta ini rumit, Cinta !
Artikel Terkait
- Puisi Patah Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Luruh
- Kenangan Di Pancawati - Karawang
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Rindu Nabi
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Selasar
- Sadar Tapi Tak Sadar
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Yang Celaka atau Kamu Yang Celaka
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Tahu Jiwamu Menangis
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kabut
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Binal
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Air Mata
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Tuhanku
- Cinta Tak Selamanya Indah
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Sekeping Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Desah Nafas Kecewa
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Makan Itu Cinta!!!
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kecil, Hidup dan Mati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Seraut Wajah
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Embun Di Pelupuk Mata
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Doa Suci
Komentar