Air mataku mengalir,
menangisi titahmu yang tercabik-cabik.
Gelombang rindu menderu bagai nyanyian pasir,
membalut mencekam di antara rinai hujan dan darah yang mengucur perih.
Kau pantas ku tangisi,
karena cintamu tak pernah bertepi,
wahai kekasih Illahi,
dimana kau kini,
jemput aku dalam hidup dan kematian ini.
Rindu Umi,
Rindu Nabi
Rindu Robbi,
Ya Allah......
menangisi titahmu yang tercabik-cabik.
Gelombang rindu menderu bagai nyanyian pasir,
membalut mencekam di antara rinai hujan dan darah yang mengucur perih.
Kau pantas ku tangisi,
karena cintamu tak pernah bertepi,
wahai kekasih Illahi,
dimana kau kini,
jemput aku dalam hidup dan kematian ini.
Rindu Umi,
Rindu Nabi
Rindu Robbi,
Ya Allah......
Artikel Terkait
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Rindu Nabi
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Selasar
- Sadar Tapi Tak Sadar
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Yang Celaka atau Kamu Yang Celaka
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku Tahu Jiwamu Menangis
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kabut
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Binal
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Air Mata
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Tuhanku
- Cinta Tak Selamanya Indah
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Sekeping Hati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Desah Nafas Kecewa
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Makan Itu Cinta!!!
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Kecil, Hidup dan Mati
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Seraut Wajah
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Embun Di Pelupuk Mata
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Doa Suci
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Aku
- Orang Tua
- Catatan Kecil Sang Narapidana : Di Sini
Komentar